Carian
2020, Corona, dan 2021
December 31, 2020 Arifin

2020, Corona, dan 2021

2020 tinggal hitungan jam dilakoni. 2021 siap untuk datang. Tiap kali tiba di akhir tahun serta persiapan menyambut tahun yang baru, resolusi dan permaknaan waktu senantiasa hadir. Bagaimana dengan Anda, apakah telah merasa puas dengan 2020? Apakah resolusi-resolusi Anda tercapai di tahun ini?

Lalu bagaimana dengan 2021, harapan apa saja yang akan dipancangkan?

Black And White Photo Of Clocks

Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) berdampak sistemik bagi dunia. Saya percaya Anda pun merasakan imbasnya dalam berbagai skala. Bagaimana sejumlah adaptasi kebiasaan baru harus dijalani dikarenakan pagebluk ini.

Yup, meneropong 2020 memang sukar untuk dilepaskan dari Corona. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari epidemi yang hingga hari ini masih terjadi. Di antara hikmahnya, menurut hemat saya adalah rasa syukur dan waktu.

Sejauh mana kita mensyukuri segala yang ada. Corona mendaratkan kita pada pemahaman untuk lebih banyak merenung. Berkontemplasi tentang makna waktu. Berkontemplasi tentang masa lalu, masa kini, masa depan. Jangan-jangan selama ini kita terpasung oleh beban masa lalu. Jangan-jangan selama ini kita terlampau khawatir sangat dengan masa mendatang. Jangan-jangan kita kurang dapat hidup dengan sebenar-benar hidup pada masa kini, dikarenakan beban masa lalu dan kekhawatiran masa depan.

Telahkah kita mensyukuri masa kini? Telahkah kita mensyukuri kesehatan, keluarga, pekerjaan? Corona pada beberapa hal telah membuka secara lebar perenungan kita tentang kesehatan, keluarga, serta pekerjaan.

Wabah, pandemi, jika menarik tarikh sejarah merupakan hal yang senantiasa terjadi. Dan kita telah terpilih sebagai manusia yang mengalami hal tersebut. Langkah-langkah kita saat ini akan dikenang sebagai sejarah pada masa mendatang. Telahkah kita mengambil langkah yang tepat dengan menimbang kombinasi masa lampau, masa kini, serta masa mendatang?

Pancangan momentum tahun yang baru sesungguhnya merupakan kesempatan berefleksi serta mengingat harapan demi harapan. Hal tersebut sesungguhnya bisa kita lakukan kapan saja, sepanjang hal itu telah menjadi pembiasaan pada diri. Kuncinya adalah pada permaknaan waktu.  

Komen