Asyik Bermain Angklung
Angklung adalah sebuah instrumen musikal yang terdiri dari 2 – 4 tabung bambu yang digantung dalam sebuah bingkai bambu lalu diikat dengan tali-tali rotan. Tabung-tabung tersebut secara saksama diraut dan dipotong oleh seorang pengrajin ahli untuk menghasilkan nada-nada tertentu apabila bingkai bambu digetarkan atau diketuk. Setiap angklung menghasilkan satu nada tunggal atau akor, sehingga beberapa pemain harus berkolaborasi untuk memainkan melodi-melodi.

Salah satu tokoh revolusioner terkait angklung yakni Daeng Soetigna. Ia dikenal karena mampu mengubah alat musik angklung yang mulanya menggunakan tangga nada pentatonis diubah menjadi diatonis.
Angklung bernada pentatonis hanya mampu memainkan lima nada, sehingga biasa digunakan untuk memainkan alunan musik Sunda maupun Jawa.
Setelah diubah jadi diatonis, angklung jadi memiiki tujuh nada yang berjarak satu dan setengah nada atau yang biasa dikenal dengan do-re-mi-fa-so-la-si-do.
Dengan temuan Daeng Soetigna inilah, angklung jadi bisa digunakan untuk memainkan berbagai macam lagu, hingga ke lagu-lagu mancanegara.
Lalu pernahkan Anda mengikuti Angklung Workshop? Secara definisi, angklung dikemas dan digunakan untuk permainan anak-orang tua, team building, pelatihan, maupun terapi.
Saya pernah mengikuti Angklung Workshop, ketika itu saya berkesempatan makan di salah satu restoran dengan nuansa khas Jawa Barat. Masing-masing yang makan di situ memegang angklung. Tentu dengan nada yang berbeda. Lalu kala angklung digetarkan, bunyi pun timbul. Setelah dilatih, kami pun memainkan lagu secara singkat, di mana masing-masing “berjaga” pada nadanya.
Dari pengalaman itu, ternyata angklung merupakan alat musik yang menarik untuk dicoba. Berbagai lintas umur bisa memainkannya. Ada nilai komunikasi, kerja sama, refleksi, sebagai serangkaian nilai positif yang ikut terimbas sembari memainkan angklung.
Sumber: Angklung Kita, Liputan 6, Semua Murid Semua Guru 4: Edukasi di Masa Pandemi