Carian
Berkenalan dengan Metode Positive Discipline
February 9, 2021 Arfianingrum Pujiastuti

Berkenalan dengan Metode Positive Discipline

Awal bulan ini, saya mulai mengikuti kelas parenting dengan tema positive discipline. Saya merasa ilmu ini penting untuk bekal saya dan suami untuk mendampingi anak khususnya yang akan memasuki usia 2 tahun. 

Positive discipline adalah metode di mana orang tua dengan jelas mengkomunikasikan perilaku apa yang pantas, mana yang tidak pantas, dan apa imbalan dari perilaku baik dan konsekuensi dari perilaku buruk itu. Ini dikembangkan oleh Dr. Jane Nelsen, seorang konselor pernikahan, keluarga dan anak berlisensi dan penulis Positive Discipline. 

Photo of Woman and Boy Looking at Imac

Positive discipline berfokus pada solusi dengan memberikan support kepada anak bukan dengan berteriak, memukul atau hukuman berat. 

Metode ini dapat menjadi jembatan untuk menjadikan tantangan perilaku anak yang kita hadapi saat ini sehingga dapat menjadi skill untuk anak di masa depan. 

Contohnya ketika anak kita saat ini mudah menangis, mungkin awalnya Anda akan berpikir anak Anda cengeng. Tapi tahukah Anda apabila kita dapat menghadapinya dengan baik, hal ini justru menjadikan anak Anda menjadi orang yang mudah berempati di masa depan.

Contoh lainnya apabila anak Anda saat ini suka membantah atau mendebat. Apabila Anda dapat menghadapinya dengan baik, ketika dewasa nanti anak Anda jadi orang yang kritis dan teguh berpendirian.

Dalam positive discipline ada 52 tools card yang dapat membantu orang tua saat menghandapi tantangan perilaku anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengurangi ‘telling’ dan ganti dengan ‘asking’.

Contohnya ketika saya meminta anak saya membereskan mainan. Saya sebaiknya tidak langsung menyuruhnya (telling) “bereskan mainan kalau sudah selesai main.” 

Saya ganti dengan dengan memberikan opsi (asking) “kamu mau memasukan mainan mobil-mobilan dulu atau lego dulu ke dalam box?”

Telling mengirim sinyal ke anak untuk melawan apa yang ‘diperintahkan’, sehingga ia akan menolak apa yang orang tua minta. Sedangkan saat orang tua asking membuat anak menjadi ikut memikirkan solusi, sehingga ia merasa dilibatkan. 

Kelas ini masih sangat baru untuk saya, tapi saya sudah merasa ilmunya sangat bermanfaat. Saya akan mencoba. Doakan saya ya 😊

Komen