Alih Wahana Karya
Sabtu malam pekan lalu, saya mengikuti Live Instagram penulis Trilogi “Negeri 5 Menara”, Ahmad Fuadi. Salah satu spot yang menarik bagi saya bagaimana suatu karya dapat mengalami alih wahana.
Ahmad Fuadi telah mengalaminya. Bagaimana dari novel “Negeri 5 Menara”, beralih wahana kreasi, menjadi bentuk film, web series. Tak berhenti sampai di situ, alih wahana pun terjadi kala Fuadi diundang ke UC Berkeley untuk memberikan kuliah karena bukunya digunakan sebagai teks wajib di program Asian Studies di sana. Karyanya dihargai dikarenakan memuat nilai-nilai lokal.
Terkait alih wahana, juga saya temui pada puisi penyair Sapardi Djoko Damono. Puisinya “Aku Ingin” beralih wahana menjadi musikalisasi puisi. Puisi Sapardi lainnya yakni “Hujan Bulan Juni” pun mengalami transformasi di medium film.
Yups, setiap karya sastra dapat berlih wahana menjadi karya seni lainnya, baik itu drama, komik, maupun film.
Setiap karya sastra dipindah menjadi bentuk lain, maka dunianya akan berubah, sesuai dengan porsinya, sesuai dengan target konsumennya.
Maka tak mengherankan dan kita pun harus mahfum, kadang ada “kekecewaan tersendiri”. Kok beda dengan bukunya, kok bagusan bukunya, atau kalimat-kalimat bernada tersebut. Tiap wahana kreasi memiliki logika tersendiri, cara penuturan tersendiri.
Alih wahana karya memang merupakan sebuah tantangan. Bisa memperkaya karya, menjadikan karya lebih kompleks, berdampak lebih luas, atau bisa juga flop, dan konsumen menggerutu.
Apapun itu berkaryalah wahai sidang pembaca. Karena Anda bisa tidak menduga karya Anda nantinya bisa membawa kemana ataupun bisa beralih wahana.