Filosofi Kolak, Sajian Khas Berbuka Puasa
Menu apa yang paling Anda nantikan selama bulan puasa? Kalau
saya suka sekali dengan kolak pisang dan dilengkapi dengan secangkir teh
hangat.
Kolak merupakan menu khas yang kerap ditemui pada saat
berbuka puasa selama bulan Ramadan. Kolak adalah makanan manis berkuah yang
terbuat dari gula, santan dan bahan lain yang bisa diganti-ganti seperti pisang
dan ubi.
Sama seperti sajian khas puasa lainnya, kolak juga memiliki
filosofi yang dikaitkan dengan nilai-nilai Islami. Dwi Cahyono, arkeolog dan
dosen sejarah Universitas Negeri Malang, mengutip pendapat Kyai
Hasbullah dari Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, bahwa kata
kolak berasal dari bahasa Arab, yaitu kul laka artinya makanlah,
untukmu. Pendapat lain dari kata khala atau kholaqo. Kata ini bisa diturunkan
menjadi kholiq atau khaliq yang berarti pencipta,
pencipta alam semesta yang menunjuk kepada Allah Swt.
“Selain berarti pencipta, dapat pula berarti: Tuhan yang
disembah, Pengatur dan Pemelihara, Pemberi bentuk, dan Tuhan Yang Maha Perkasa.
Sebutan ini dijadikan media untuk mendekatkan diri kepada Allah,” ujar Dwi.
Dwi menilai, etimologi dan tafsir terhadap penganan kolak
semacam ini merupakan ikhtiar baik untuk menjadikan makanan sebagai media
pembelajaran budi pekerti dan penguat keyakinan keagamaan. “Namun, bukan
berarti bahwa muasal kolak dari bahasa Arab. Etimologis yang demikian hanya
mendasarkan pada keserupaan istilah, dan terkesan dipas-paskan,” ujar Dwi.
Sumber: Historia