Arfianingrum Pujiastuti Diterbitkan 18 May 2021

Sentuhan Personal Kartu Ucapan Selamat

Sentuhan Personal Kartu Ucapan Selamat

Bagaimana perayaan
Idulfitri Anda? Hamper, ucapan
selamat, mungkin masih meninggalkan jejaknya. Terkait ucapan selamat pada
Idulfitri, menarik untuk merenungi pernyataan budayawan Sudjiwo Tejo pada akun
Instagram-nya (@president_jancukers) sebagai berikut:

Di jalur pribadi aku
nggak membalas broadcast Maaf Lahir Batin. Hanya kubalas Maaf Lahir Batin yg
personal, yg nyebut nama tertuju, yg orangnya mau sedikit capek nulis nama
tertuju, YANG ADA TOUCH.

#sikap –ku sejak bbrp
tahun terakhir

Bagaimana dengan Anda,
akrab dengan broadcast Maaf Lahir
Batin, baik itu menerimanya atau mungkin Anda pun melakoninya pula.

Pada artikel Majalah Tempo, terdapat artikel yang menarik dan
sarat sejarah terkait kartu ucapan selamat alias karusel. Disebutkan dalam
artikel tersebut, jumlah edar karusel ini surut karena masyarakat memilih
sarana media non-kartu cetak, seperti SMS, multimedia
messaging service
, Yahoo Messenger, BBM (BlackBerry Messenger), serta media
online.

Sejenak jika “menaiki
mesin waktu” bandingkan situasi tersebut dengan pemajangan karusel pada 1990-an
yang umumnya menggunakan rak khusus atau rak display putar sehingga terlihat keren dan eksklusif.

Masyarakat bisa jadi
merindukan gambar cetak karusel bermutu, yang tidak hanya elok tampilannya,
tapi juga unik dan mengejutkan kontennya. Dan siapa tahu, seperti mode, yang
sempat surut, untuk kemudian mendapatkan permaknaan baru, dilakukan sejumlah
adaptasi, kartu ucapan selamat (karusel) siapa tahu mendapatkan kesempatan
kedua untuk hidup dan eksis. Di kala ragam ucapan via elektronik yang sekali
dilihat sesudah itu lewat (atau bahkan kita pun sudah enggan membacanya karena
sudah menerka isi ucapannya), karusel yang berpadu dengan sentuhan personal
seperti diucapkan budayawan Sudjiwo Tejo menjadi arus silaturahmi yang humanis.