Kita Dibentuk Alam dan Zaman
Belakangan ini saya
sedang membaca buku Pemikiran Politik
Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara, Masyarakat dan Kekuasaan
karya Ahmad Suhelmi. Pikiran saya pun tertambat dan mengira-ngira bahwa manusia
terbentuk dari kodrat alam dan kodrat zamannya. Misalnya pada penduduk Sparta,
kodrat alam dan kodrat zaman, turut membentuk penduduk Sparta yang terkenal
karena kemenangannya pada perang Peloponnesia terhadap Athena.
Sparta adalah sebuah
negara aristokrasi militer yang kuat. Di negara itu semua penduduk, seperti
tertulis dalam konstitusi Sparta, tanpa pengecualian adalah tentara. Rakyat
Sparta—laki-laki, wanita dan anak-anak—diwajibkan negara mengikuti latihan
olahraga keras dan pendidikan kemiliteran.
Russell, berdasarkan
karya Plutarch Lycurgus, menulis:
“Bahwa para gadis harus
mengencangkan tubuh mereka dengan latihan lari, gulat, lempar lembing dan
melepaskan anak panah yang pada akhirnya membuahkan hasil dimana selanjutnya
dapat mereka pahami, mendapatkan makanan dengan tubuh yang kuat dan sehat serta
segar, harus berteriak dan menyebarkan kebaikan tersebut;…”
Kodrat alam dan kodrat
zaman sendiri merupakan diksi yang dipopulerkan oleh tokoh pendidikan, Ki
Hadjar Dewantara. Kodrat alam merupakan tempat di mana masyarakat berada. Dan
itu sangat memengaruhi bagaimana kebudayaan dibentuk dan apa perubahan yang
harus dilakukan dan dibutuhkan. Meskipun alamnya sama tapi zamannya berbeda
akan membawa tuntutan perubahan yang berbeda pula.
Mereka yang hidup di
pantai, pegunungan, desa, kota, tentu berbeda secara alam. Hal tersebut juga
membentuk kontur karakter dari manusia yang tinggal di wilayah tersebut. Sedangkan
kodrat zaman, contohnya Jakarta pada tahun 1980, 1990, 2000, 2021, tentu
berbeda, maka hal itu membentuk manusia yang terkait dengan Jakarta. Keahlian
yang dibutuhkan di Jakarta antara tahun-tahun tersebut berbeda sebagai contoh,
maka akan membentuk manusia-manusianya.