“Receh”?
Akun Instagram
@kreativv_id membuat konten “Media Bikin Generasi Kita Suka Ghibah?” Di
antaranya diungkap mengenai pentingkah suatu warta diberitakan, ataupun berita
yang memakai judul dan angle terlalu
sensasional, serta pemilihan judul clickbait.
Salah satu slide yang menarik saya
adalah ujaran selebritas Marshanda yang menanggapi warganet. Warganet tersebut
berpendapat mengenai judul clickbait akun
gosip. Marshanda pun menanggapi sebagai berikut:
Biarin aja. Wartawan
juga manusia, admin akun gosip juga butuh makan & nafkahin anak dan
keluarganya. Mungkin gue jadiin bahan bersyukur aja kalo gua bisa bantu orang
lain ningkatin engagement akun mereka dan nambah exposure media mereka. Gausah
dimasukin hati dan nganggap pembelok fakta dan penyebar berita itu jahat.
Pekerja media itu cuma berusaha menghidupi dirinya dan penikmat gosip itu cuma butuh
hiburan ringan ditengah hidup yang udah banyak stress. That’s it.
Membaca penjelasan
Marshanda tersebut, saya pun tertarik pada kalimat ‘penikmat gosip itu cuma butuh
hiburan ringan ditengah hidup yang udah banyak stress’.
Receh, dangkal, mungkin
hal itu yang kerap disematkan pada sejumlah hiburan tertentu. Sejumlah sinetron
di negeri ini dikritik misalnya karena memamerkan kemewahan, tidak mencerminkan
realitas yang sesungguhnya.
Dari sejumlah bacaan
dan pengamatan, saya pun berpendapat bahwa bisa jadi tayangan “receh” itu
merupakan eskapisme. Penikmat tayangan itu tahu bahwa hal tersebut seperti tak
terjangkau, entah berantah, logika ceritanya pun kadang bikin gemas. Namun,
tayangan itu menghibur dan sejenak dapat melupakan segala beban hidup.
Dan bukankah ketika hormon
endorphin (tertawa, melihat hal yang lucu di tayangan “receh” tersebut), hormon
oxytocin (berbagi cerita, yups para penikmat cerita “receh” senang membahas
entah itu kelakuan si karakter, kehidupan di luar kamera si pemeran, bahkan
hingga menggelar nonton bareng) – kala hormon-hormon tersebut terstimulasi saya
percaya akan menghadirkan kebahagiaan tertentu.
Dan mungkin dengan
melihat dari sudut pandang yang lain, tayangan-tayangan “receh” tersebut
mungkin bisa lebih kita pahami mengapa diminati.