Pemain Versatile
yang Dinanti dan Dicari
Gelaran Copa America
dan Piala Eropa baru saja rampung. Argentina dan Italia berhasil keluar sebagai
kampiun.
Sepak bola sebagai olahraga,
memiliki kerumitan dan ragam taktik. Simaklah Pep Guardiola dan Tuchel yang
asyik membahas sepak bola di sebuah restoran. Saking asyiknya mengobrol soal
taktik, keduanya menggunakan meja makan dan peralatan di atasnya yaitu merica,
garam, gelas, botol untuk memperagakan formasi. Asyik ‘adu taktik’ hingga
mereka larut mengobrol hingga empat jam.
Salah satu dimensi
sepak bola yakni adanya pemain-pemain yang memiliki kemampuan versatile. Pemain ini dapat ditempatkan
di berbagai posisi. Dalam situasi di lapangan, taktik, maka pemain-pemain versatile dapat menjadi kartu AS ataupun
pengecoh.
Simak saja Inggris di Piala
Eropa yang memilih banyak bek kanan. Ternyata bek seperti Kyle Walker merupakan
tipikal versatile. Ia bisa
ditempatkan dalam posisi 3 bek (di posisi kanan). Walker juga fasih menjadi bek
kanan ketika formasi menjadi 4-4-2. Hal itu di antaranya dapat kita lihat pada
laga final Piala Eropa 2020.
Contoh lainnya dapat
kita lihat pada Cristiano Ronaldo. Pencetak gol terbanyak Piala Eropa edisi
teranyar ini lancar bermain di berbagai posisi. Sebagai penyerang tengah oke,
sebagai pemain sayap bisa.
Peran versatile juga dapat kita lihat pada tim
yang menerapkan false nine. Seolah-olah
ada striker di depan, namun sesungguhnya peran pencetak gol, dapat
terdistribusi pada pemain-pemain yang bermain. Para pemain Manchester City
begitu cekatan untuk mengaplikasikan false
nine di musim ini.
Dalam sebuah
kesempatan, saya pernah bertanya pada seorang pemain remaja mengenai versatile ini. Sang pemain yang mewakili
provinsi Jawa Barat kala kompetisi sepak bola remaja itu, mengaku bahwa
memiliki kemampuan versatile memperbesar
peluangnya untuk dipilih masuk tim. Pelatih melihat sang pemain sebagai keunggulan,
yang dapat “elastis” digunakan di lapangan, melihat situasi, taktik, serta
lawan yang dihadapi.