Arifin Diterbitkan 15 July 2021

Mengukur dengan Bagian Tubuh

Mengukur dengan Bagian Tubuh

Pernah ada masa tatkala
satuan metrik tak menjadi acuan dalam mendirikan sebuah bangunan. Alat ukur
yang digunakan adalah tubuh penghuni bangunan itu sendiri, seperti jarak antara
dua tangan yang terentang atau panjang tapak kaki. Sebagian dari kita cukup
akrab dengan istilah depa dan hasta. Di Bali, sistem pengukuran dimensi
menggunakan tubuh ini dikenal dengan nama sikut
gegulak
.

Di Dusun Doropati,
Dompu, Nusa Tenggara Barat pada tahun 1980-an seperti dilansir Tempo, di sana ada pohon owo berkulit
putih dan tingginya sekitar 30 meter. Pohon yang besarnya melebihi sepelukan
tangan itu sering dihuni ribuan kelompok lebah yang membentuk sarang. Dalam hal
ini ukuran yang digunakan adalah pelukan tangan untuk menaksir lebar suatu
pohon.

Mengukur dengan bagian
tubuh juga lazim digunakan ketika terjadi banjir di Indonesia. “Ukuran” yang
digunakan adalah mata kaki, dengkul, betis atau pinggang, untuk menggambarkan
ketinggian air banjir.


Mengukur dengan anggota
tubuh, juga lazim pada masa dahulu, sebagai parameter seorang anak boleh
bersekolah. Jika tangannya disilangkan di kepala serta telah mampu menyentuh
telinga, maka si anak dapat bersekolah.

Mengukur dengan anggota
tubuh juga lazim dipraktikkan pada gerakan pramuka. Tentu dikaitkan dengan unsur-unsur
di alam, seperti misalnya pohon, sungai. Dengan menggunakan anggota tubuh dapat
direka-reka mengenai tinggi, lebar, luas; sebuah keterampilan yang dibutuhkan
manakala “bersahabat dengan alam”