Siap Jadi Petani Kota dengan Urban Farming?
Urban farming
menjadi tren dan kegiatan baru yang digemari banyak orang terutama di daerah
perkotaan. Salah satunya dikarenakan pandemi Covid-19 serta kebijakan bekerja
dari rumah/work from home (WFH)
membuat orang-orang lebih banyak berada di rumah dan mencari aktivitas baru
agar tidak merasa bosan.
Urban farming
merupakan usaha pertanian di perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan terbuka
yang ada di sekitar masyarakat. Luas lahan yang digunakan rata-rata seluas 5-50
meter persegi. Komoditas yang umum diusahakan adalah tanaman yang berumur
pendek seperti aneka sayuran daun dan buah, tanaman obat serta tanaman hias.
Urban farming dapat
ditemui misalnya di Kelurahan Cilandak Barat dengan inovasi memanfaatkan limbah
stryofoam menjadi media untuk menanam
sayuran dalam program pertanian kota di wilayah itu. Maka selain mengurangi
limbah plastik, juga dapat berperan memberdayakan masyarakat sekitar.
Setiap kotak limbah stryofoam yang telah diisi dengan tanah
akan ditanami selada, sayur jenis pakcoy, kangkung.
Lalu ada juga pertanian
kota di kolong tol Becakayu, Cipinang Melayu, Jakarta Timur. Aneka jenis
tanaman yang ditanam yakni kangkung, bayam, sawi, selada, terong, kol, pare, jahe,
kacang tanah, ubi.
Selain bermanfaat bagi
penanamnya, pertanian kota di kolong tol memberikan kesan sejuk bagi para
pengendara yang melintas.
Urban farming juga
dapat sejalur dengan gaya hidup sehat. Hasil
panen dari urban farming lebih menyehatkan lantaran sepenuhnya
menerapkan sistem penanaman organik, yang tidak menggunakan pupuk kimia dan
pestisida sintesis.
Sumber: Kementerian
Pertanian, Republika, Dekoruma