Pesan yang Dikemas dengan Cerita dan Menyentuh Emosi
Tanggal 12 Agustus
merupakan hari kelahiran Mohammad Hatta. Saya dan istri mengomentari media
sosial dari dua sosok yakni Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan penggiat
literasi Najwa Shihab.
Bagaimana mereka mampu
menjadikan hari lahir Bung Hatta menjadi relevan dengan hari ini. Mulai dari
gaya penuturan yang bak story telling,
hingga foto di Instagram yang klop (Anies dengan anaknya yang membaca buku
karya Hatta, sedangkan Najwa dengan kaus bergambar Hatta yang dipadukan dengan
jaket bergaya anak muda).
Mengemas pesan, sentuhan
emosional juga dapat ditemui pada iklan. Tentu ada yang menggunakan pendekatan
langsung membeberkan kelebihan produknya. Ada yang memilih mengemasnya sebagai
cerita serta menjahitnya dengan sisi emosi yang universal.
Di antaranya saya
melihatnya pada Webseries “SORE” dari Tropicana Slim. Tokoh utama dalam
kisah tersebut yakni Jonathan atau Jo (Dion Wiyoko) dan Sore (Tika Bravani).
Jika disarikan
dalam kalimat pendek, webseries
tersebut dapat disimpulkan begini: Apa yang akan kamu lakukan jika pasangan
kamu datang dari masa depan?
Ternyata webseries tersebut menyimpan sisi emosi yang universal.
Tentu ada pesan sponsor (yang begitu relevan dan kontekstual dengan cerita). Jo
dikisahkan mati muda karena pola hidup yang tidak sehat (di antaranya konsumsi
gula berlebih). Lalu meninggalkan Sore sebagai janda dengan anak mereka yang
masih belia.
Nilai keluarga
dipercaya sebagai “mantra” yang ampuh dalam cerita. Jika Anda seorang bapak,
pesan dari webseries
tersebut begitu menghunjam. Bagaimana kalau saya atau Anda 11, 12 dengan Jo
yang menerapkan pola hidup tidak sehat (konsumsi gula berlebih, kurang
olahraga). Bagaimana efek dari pola hidup tak baik itu, tak hanya berimbas pada
diri, tapi juga orang lain, yakni istri dan anak.
Bravo boleh dibilang
pesan iklan yang dikemas dengan story telling yang rapi serta menyentuh emosi itu. Masih
terngiang hingga kini dan tak segan untuk diwartakan di antaranya melalui
artikel ini.
