Dari Khawatir dan Kesedihan, Menjadi Laku Positif
Pada berbagai momentum,
merupakan kesempatan untuk mengikis kebiasaan yang negatif, serta merutinkan
kebiasaan yang positif. Hal itu bisa dilihat misalnya pada Gubernur Jawa Barat,
Ridwan Kamil yang meningkatkan porsi olahraganya selama Covid-19.
“Gara-gara Covid, saya
olahraga jadi lebih sering. Yang dulunya seminggu hanya sekali, sekarang tiap
hari. Saya pagi berenang, kemudian malam badminton,” kata sosok yang akrab dipanggil
Kang Emil.
“Terus makan vitamin,
ada propolis saya ngambil, ada probiotik.
Jadi badan itu selama Covid justru lebih sehat, pikiran juga lebih jernih,
tidur lebih nyenyak, karena dari khawatir, si energi khawatir itu digeser
menjadi energi motivasi,” sambung mantan Wali Kota Bandung ini.
Sementara itu Presiden
RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memilih untuk menekuni kembali hobi
melukis. SBY memiliki hobi melukis sejak duduk di bangku SMP.
Melukis juga menjadi
ekspresi rasa cinta pada mendiang istrinya, Ani Yudhoyono. Presiden RI periode
2004 s.d. 2014 ini rela menghabiskan waktu sehari penuh menyelesaikan lukisan
pada 6 Juli 2021 lalu. Seperti dilansir Kompas,
lukisan itu ditujukan sebagai hadiah ulang tahun bagi mendiang istrinya.
SBY mengakui bahwa lukisan
tersebut merupakan reka ulang foto pemandangan hasil jepretan Ani Yudhoyono
pada 2015.
Hal setipe juga
didapatkan pada Presiden RI ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie. BJ Habibie
mengaku tenggelam dalam kesedihan, depresi, dan nyaris gila karena kematian
istrinya Ainun Habibie.
Menurut tim dokter, seperti cerita Habibie,
jika dia tak berbuat apa pun, Habibie bisa mengikuti jejak istrinya. Maka, dokter
pun memberi empat saran. Pertama, Habibie dirawat di rumah sakit jiwa. Kedua,
tetap di rumah tapi ada tim dokter dari Indonesia dan Jerman yang ikut merawat.
Ketiga, curhat kepada orang-orang yang dekat dengan Habibie dan Ainun. Keempat,
dengan menulis.
“Saya pilih menulis, saya pilih yang
keempat,” tutur Habibie seperti dilansir Tempo.
Habibie pun untuk kemudian menulis buku “Habibie
& Ainun”, hingga diangkat menjadi film.
Sejumlah deretan kisah
di atas memperlihatkan bahwa kekhawatiran, kesedihan, dapat dialihkan dan
diarahkan menjadi energi positif, baik itu melalui karya ataupun kebiasaan
positif.