Arifin Diterbitkan 18 August 2021

Dari Filosofi Hingga Patung Arjuna Memanah

Dari Filosofi Hingga Patung Arjuna Memanah

Memanah merupakan salah
satu olahraga yang memiliki sejarah panjang dalam peradaban manusia. Memanah
lahir sejak zaman manusia masih mengenal peradaban berburu dan meramu. Di zaman
tersebut, memanah digunakan untuk mencari hewan buruan sebagai sumber makanan.
Ketika beralih zaman, memanah tetap digunakan. Selain untuk berburu, memanah
juga digunakan sebagai keahlian bertempur.

Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat memiliki sejarah panjang dengan memanah. Dari memanah ini kemudian
lahir satu olahraga ketangkasan yang dikenal dengan nama jemparingan. Olahraga
memanah yang dinamai jemparingan ini berbeda dengan memanah yang lazim diketahui.
Jika memanah biasanya sambil berdiri, Jemparingan justru dilakukan sambil
duduk.

Jemparingan dilakukan
sembari duduk bersila. Serta biasanya pemanah mengenakan pakaian Jawa Surjan
lengkap dengan blangkon.

Sementara itu menurut Persatuan
Panahan Indonesia (Perpani), Jemparingan merupakan salah satu gaya memanah unik
Indonesia yang terkenal di mana bentuk tubuhnya harus duduk di tanah dengan
kaki bersilang. Beberapa tradisi bahkan dengan kopi dan makanan ringan di sisi Archerer.

Memanah sendiri
diabadikan pada berbagai kisah wayang. Pada cerita wayang, selalu memperlombakan
keterampilan olahraga memanah untuk menetapkan seseorang sebagai kesatria.
Seperti dilansir Tempo, pemanah
sejati dianggap sebagai manusia yang memegang prinsip madep-karep-mantep (menatap ke depan, memiliki kemauan, punya
ketetapan hati dan pikiran).

Memanah pun diabadikan
melalui patung. Pada 1962, bersamaan dengan pendirian Gelanggang Olahraga
Senayan, dipasang patung Arjuna Memanah di halaman stadion.