Menjelajahi Tahura melalui Novel
Sebuah tempat dapat
dijelajahi melalui sejumlah produk budaya. Baik itu novel, film. Pada novel Ancika: Dia yang Bersamaku Tahun 1995,
sidang pembaca diajak untuk melanglang buana ke Taman Hutan Raya Djuanda
(Tahura). Mulai dari lokasinya, luas area, nuansa di Tahura, digambarkan pada
novel karya Pidi Baiq tersebut.
Berikut kutipannya:
Setelah itu, Dilan
membawa saya ke Tahura, yaitu Taman Hutan Raya Djuanda, yang lokasinya di
daerah Dago Pakar, kira-kira 20 menit perjalanan menggunakan sepeda motor dari
Cikapundung.
Tahura memiliki alam
seluas 526 hektare dengan aneka macam pohon, yang tidak hanya mencakup pinus,
tetapi juga cemara, mahoni, hantap, trembesi, dan merupakan rumah bagi spesies
langka seperti bunga bangkai. Semuanya dimiliki oleh pemerintah Indonesia, dan
merupakan tempat yang sempurna untuk liburan di akhir pekan.
Pada saat kami masuk,
setelah membeli tiket, kami melewati sebuah jembatan sungai di hilir, mendengar
suara tonggeret, mendengar suara burung, dan suara angin yang menderu di antara
pepohonan.
Kami berjalan-jalan
sedikit dan melihat sekeliling untuk tampak seperti orang kota yang terpukau
oleh pepohonan yang menjulang tinggi di sekitar. Saya merasa cukup senang oleh
rimbunnya ruang hijau yang bisa menenangkan tubuh dan otak.
Saat kami berdiri di
atas batu besar, memandang ke arah luas dari hutan rimbun di lembah, Dilan
menyuruh saya menarik napas melalui hidung selama empat hitungan, tahan napas,
lalu lepaskan melalui mulut dengan perlahan. Saya melakukannya. Biarkan alam
memasuki tubuh kamu melalui semua pancaindra,…
Saya pribadi pernah ke
Tahura pada tahun 2016. Nuansa yang digambarkan oleh novel Ancika tersebut tepat adanya. Nuansa alam benar-benar terasa di
Tahura. Buat Anda yang ingin sejenak lepas dari kepungan kepenatan, serta
kembali ke alam, Tahura dapat menjadi pilihan. Oh iya, wisata bernuansa sejarah
juga bisa Anda dapatkan di Tahura dengan beranjangsana ke Goa Belanda serta Goa
Jepang.