Carian
Menilik Kuliner Khas Papua yang Berbahan Dasar Sagu Hingga Pokem
October 22, 2021 Arifin

Menilik
Kuliner Khas Papua yang Berbahan Dasar Sagu Hingga Pokem

Papua memiliki beragam
kuliner lezat yang menarik untuk ditelusuri.

Alih-alih nasi,
masyarakat Papua cenderung mengonsumsi sagu sebagai makanan pokok sehari-hari.
Selain diolah menjadi papeda, di Papua, sagu dapat diolah menjadi sagu kering,
bubur sagu, serta sinole.

Seperti dilansir
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Republik Indonesia, setiap
hidangan memiliki cara penyajian yang berbeda. Ada yang dapat dimakan langsung
sebagai camilan seperti sinole dan sagu kering. Ada pula yang menjadikannya
sebagai makanan pokok, seperti papeda atau bubur sagu. Saat dijadikan makanan
pokok, hidangan cenderung ditambahkan kuah atau isian tertentu agar
mengeluarkan cita rasa yang khas.

Papeda merupakan
makanan pokok dengan rasa tawar yang biasanya disajikan dengan ikan kuah kuning.

Sagu kering merupakan biskuit
tepung sagu yang sering disantap bersama secangkir teh hangat.

Bubur sagu terbentuk
dari sagu kering yang telah dihaluskan atau direndam agak lama. Biasanya dimakan
bersama kacang dan gula.

Hidangan sagu khas
Papua mana yang sudah pernah kamu coba?

Tak hanya hidangan khas
Papua berbahan dasar sagu yang disebutkan di atas, ada pula pokem. Telah sejak lama dikenal
dan dikonsumsi tanaman pokem, yang
telah digunakan sebagai makanan pokok alternatif pengganti keladi (talas), petatas (ubi jalar), singkong (ubi
kayu), kacang hijau, sagu, aibon
(buah pohon bakau/mangrove), dan
beras. Biasanya pokem diolah oleh
warga setempat menjadi makanan pokok yang diperuntukkan bagi ibu hamil yang
dibuat menjadi bubur sebagai makanan tambahan.

Asal pokem
diyakini oleh etnis Biak di Pulau Numfor berasal dari benua Amerika yang dibawa
oleh para tentara Amerika pada masa Perang Pasifik. Mereka menduga bahwa pokem ini tumbuh secara tidak sengaja di
belakang dapur dari pemukiman tentara, asalnya dari sisa-sisa makanan kalengan
maupun kotak yang dibuang ke tempat sampah di dapur mereka. Penduduk lokal yang
lewat kemudian melihat tumbuhan pokem
tumbuh liar di mana sebelumnya tidak pernah ada di Pulau Numfor. Dari situlah
kemudian tumbuhan pokem ditanam dan
tersebar sampai ke Biak.

Pokem
yang sudah dipanen selanjutnya tinggal diolah menjadi bahan makanan siap
konsumsi. Prosesnya cukup rumit, dan memakan waktu. Dimulai dari pemisahan
jelai dari batang, bulir dari sekam atau kulit ari, serta ditapis lagi untuk
mendapatkan otong yang telah bersih
dari kulit arinya.

Seperti dilansir buku Penetapan
Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2017
, pokem terdiri atas beberapa bagian, yakni
batang atau jelai, bulir dan isi bulir. Masing-masing dengan sebutan lokal
yaitu; kor untuk batang atau jelai, mor untuk bulir pokem, dan kraf untuk isi
bulir pokem. Pokem yang siap diolah adalah pokem
yang berupa bulir-bulir dan telah dipisahkan dari batang atau jelainya,
sehingga hanya tersisa biji-bijian kecil pokem.
Selanjutnya biji-bijian pokem atau
serealia pokem siap diolah menjadi
makanan. Biasanya penduduk lokal membuat bubur sereal yang encer maupun padat,
tergantung selera dan cara pengolahannya. Adanya perkembangan, pengolahan pokem pun dapat diolah menjadi berbagai
penganan, seperti; cake dan kue kering.

Tidak ada tabu ataupun pantangan bagi
warga untuk mengonsumsi pokem. Di
Numfor (Kampung Baruki dan Yenburwo), pengolahan pangan dari bahan dasar pokem jarang dibuat karena proses
pembuatan makanan dari bahan dasar pokem
cukup rumit. Bila hendak dibuat tepung, bulir pokem harus dibersihkan dan digiling hingga menjadi bubuk. Bila
hendak membuat bubur gandum, biji-bijian pokem
hanya dimasak seperti menanak nasi ataupun membuat bubur beras.

Komen