Mengenal Varian Tata Busana, Dari Fesyen Jalanan Hingga
Kebaya
Tahukah Anda,
sejumlah kosakata berikut? Celana cina, celana harem, celana cingkrang, fesyen jalanan, askot. Mungkin Anda telah mendengarnya
dan samar-samar mengetahuinya. Yuk, disimak penjelasan singkatnya.
Celana cina merupakan celana yang terbuat dari katun berwarna biru,
berpotongan agak melebar pada keliman, biasanya digunakan sebagai celana
pelapis agar terasa hangat.
Celana
harem adalah celana panjang dengan
potongan longgar di bagian paha dan menyempit ke bawah, biasanya dibuat dari
bahan yang lembut.
Celana cingkrang yaitu celana panjang yang ukurannya lebih
pendek, jauh di atas mata kaki tetapi masih di bawah lutut.
Fesyen
jalanan merupakan busana yang diciptakan dan dipakai oleh
orang-orang muda bukan oleh perancang busana, sering dikaitkan dengan gaya
populer musik dan tari atau subkultur urban.
Askot yakni syal lebar yang dililitkan pada bagian leher di bawah
dagu, dapat dibentuk menyerupai dasi, lilit penuh dan sebagainya.
Kebaya Nyaman Dipakai di Iklim Tropis
Masih
terkait dengan busana, sejenak melirik khazanah sejarah. Pada 1827, pemerintah kolonial
Belanda di Indonesia menetapkan bahwa penduduk harus berpakaian sesuai dengan
latar belakang etnisnya. Batasan berpakaian tersebut sedikit banyak terlebur
dalam penggunaan kebaya dan sarung batik.
Kebaya
dapat digunakan oleh perempuan dari tiga etnis, yakni pribumi, Tionghoa, dan
Belanda. Kebaya pun menjadi fenomena yang unik pada masa tersebut. Kebaya
merupakan baju perempuan bagian atas, berlengan panjang, dipakai dengan kain
panjang. Secara praktis, kebaya dipilih menjadi pakaian sehari-hari
karena dinilai paling nyaman digunakan di tengah iklim tropis.