Mengunyah Sirih, Tak Sekadar Tradisi
Mengunyah sirih pinang
(menginang) menjadi tanda ramah-tamah di berbagai daerah.
Dahulu kala, menginang merupakan salah satu bentuk
keramahtamahan universal, karena dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.
Selain terbuat dari
emas dan batu mulia, wadah pekinangan memiliki variasi bentuk yang unik,
seperti bentuk hewan mitologi Paksinagaliman, ikan bersayap, hingga tempurung
kelapa coco de mer dari Afrika.
Untuk
menginang ada beberapa bahan yang harus disiapkan, yaitu sirih, kapur, pinang,
cengkih, dan gambir. Lalu bahan-bahan tadi dibungkus menggunakan daun sirih dan
kemudian gulungan tersebut dikunyah.
Senyum berwarna
merah oranye atau keunguan sebagai akibat dari menyirih, merupakan jejak dari
kegiatan menyirih yang terlihat.
Menyirih sudah menjadi tradisi
turun-temurun di Indonesia. Di beberapa daerah seperti Papua, sirih dan
bahan-bahan lainnya disajikan kepada para tamu yang datang sebagai salah satu
wujud penyambutan tamu. Seperti dilansir Bobo,
di daerah Sumatra, sirih juga digunakan sebagai undangan pernikahan. Caranya
adalah dengan cara membawa sehelai daun sirih ke tempat orang yang akan
diundang dalam acara pernikahan.