Arifin Diterbitkan 21 December 2021

Gunung Semeru: Mahameru, 5 cm, dan Puisi Soe Hok Gie

Gunung Semeru: Mahameru, 5 cm, dan Puisi Soe Hok Gie

Gunung Semeru
meletus pada Sabtu, 4 Desember 2021. Gunung Semeru sendiri memiliki banyak
tautan dengan berbagai informasi. Berikut di antaranya.

203 tahun lalu Gunung
Semeru meletus pertama kalinya.

Seperti dilansir Tempo, 183 tahun lalu orang pertama yang
mendaki Semeru adalah Clignet dan Winny Brigita, geolog asal Belanda.

Gunung Semeru
sering disebut dengan nama puncaknya, yakni “Mahameru”. Anda ingat dengan lagu “Mahameru”
yang dipopulerkan oleh Dewa 19?

Mahameru berikan
damainya

Di dalam beku Arcapada

Mahameru sebuah legenda
tersisa

Puncak abadi para dewa

Demikian petikan dari
lagu yang terletak di album “Format Masa Depan”. Maka tak mengherankan jika
band yang diawaki Ahmad Dhani Cs ini ikut memberikan doa dan harapan terbaiknya
ketika Gunung Semeru meletus.

Istilah mahameru
berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti ‘meru agung’. Ada pun nama lain dari
Semeru adalah Semeroe, Smeru, dan Smiru

Gunung Semeru
merupakan gunung api aktif tertinggi di Pulau Jawa, dengan fakta 3.676 meter di
atas permukaan laut.

Gunung Semeru juga
menjadi jangkar pada cerita di sejumlah film, seperti “5 cm” dan “Gie”. Pada
film “5 cm” berkisah tentang lima sahabat yang menaklukkan puncak Semeru.

Mendaki melintas bukit

Berjalan letih menahan
berat beban

Bertahan di dalam dingin

Berselimut kabut Ranu
Kumbolo

Menjalin persahabatan
dalam hangatnya tenda

Bersama sahabat mencari
damai

Mengasah pribadi
mengukir cinta

Petikan lirik lagu “Mahameru”
dari Dewa 19 tersebut menurut hemat saya klop jika disandingkan dengan jalan
cerita film “5 cm”.

Ada pun pada film “Gie”,
larik puisi yang melatari berita meninggalnya sang aktivis Soe Hok Gie yang
mendaki Gunung Semeru, memiliki nuansa makna mendalam.

“Ada orang yang menghabiskan
waktunya berziarah ke Mekah.
Ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza.

Tapi aku ingin menghabiskan waktuku
di sisimu, sayangku.
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu.
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mendalawangi.

Ada serdadu-serdadu Amerika yang
mati kena bom di Danang.
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra.

Tetapi aku ingin mati di sisimu,
manisku.
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tahu

Mari sini sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik, dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung.
Kita tak pernah menanamkan apa-apa, kita tak’kan pernah kehilangan apa-apa.”