Ada berbagai ragam inovasi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan perpustakaan. Dalam suatu kesempatan saya bertemu dengan penggiat literasi Edi Dimyati. Ia bercerita tentang praktik baik yang dilakukan perpustakaan di Australia.

Praktik baik layanan di perpustakaan di negeri Kanguru itu yakni pemustaka bisa belajar 10 bahasa secara gratis di perpustakaan. Terdapat volunteer yang mengajarkan ragam bahasa tersebut.

Lalu wifi tanpa keyword, sehingga orang dapat langsung terkoneksi dengan layanan internet. Layanan lainnya yakni ada jasa pengantaran buku untuk pasien di rumah sakit yang sedang membutuhkan buku. Jadi pasien di rumah sakit dapat meminjam judul buku tertentu, lalu buku tersebut diantarkan ke ruang tempatnya dirawat.

“Hal tersebut berkesan dan membuat teringat tentang perpustakaan tersebut. Perpustakaan perlu untuk membuat kejutan-kejutan semacam itu yang membuatnya diingat masyarakat,” kata Edi Dimyati.

Jika diibaratkan sebagai brand, perpustakaan perlu untuk melakukan diferensiasi. Angin segar terkait literasi dan perpustakaan menurut hemat saya telah terlihat. Di antaranya pada Perpustakaan Jakarta. Menilik pada media sosialnya seperti Instagram, sejak pertama kali mengunggah konten pada 10 Juni 2022, hingga kini telah terdapat 47,6 ribu followers. Di samping itu admin Perpustakaan Jakarta juga aktif dalam mengunggah story, menjawab pertanyaan netizen.

Perpustakaan Jakarta juga melakukan inovasi lainnya dengan Night at the Library. Hiburan menarik bagi Kawan Perpustakaan yang ingin menikmati suasana malam Perpustakaan Jakarta, ditemani lantunan musik jazz dari Ulle Entertainment.

Acara akan diadakan di Australian Reading Corner lantai 4 Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Kawan Perpustakaan dapat melakukan reservasi tanggal 2 September 2022 dengan memilih opsi kunjungan “Night at the Library” melalui Jaklitera.