Beberapa hari yang lalu saya mendonasikan sejumlah buku ke taman bacaan masyarakat (TBM). Hal itu secara pragmatis dikarenakan keterbatasan ruang di rumah. Namun, setelah dipikir-pikir, sesungguhnya donasi buku adalah hal yang diperlukan.
Seberapa banyak dari kita yang kembali membaca lagi buku yang telah rampung? Maka dengan mendonasikannya, memberikan kesempatan pada orang lain untuk merasakan sensasi, pengetahuan, petualangan dari buku tersebut.
Donasi buku juga sesungguhnya merupakan langkah tepat guna untuk menghadirkan akses bacaan yang lebih luas. Mendonasikan buku, katakanlah ke TBM, maka akan memberikan kesempatan kepada orang banyak untuk membaca buku-buku tersebut secara gratis.
Donasi buku juga dapat menata sirkulasi koleksi yang kita punya. Katakanlah jika sudah terlalu banyak, maka perlu ada yang “keluar”. Siapa tahu di tempat lain, buku tersebut akan lebih bermanfaat, memantik inspirasi orang lain.
Donasi buku juga memungkinkan untuk menyebarkan semangat membaca secara lebih masif. Bukankah kadang butuh satu buku yang membuatmu jatuh hati pada membaca? Dan siapa tahu, buku itu adalah buku donasimu yang membuat orang lain jatuh suka pada membaca.
Donasi buku juga dapat mengikis pendapat bahwa membaca itu mahal, butuh biaya. Ya secara matematika, harga sebuah buku memang sekian, namun dengan donasi buku yang kita berikan, maka bagi mereka yang secara ekonomi kurang, pun dapat merasakan regukan ilmu dari buku-buku yang ada. Ada perasaan tertentu ketika mengepak buku-buku untuk didonasikan. Tetapi di sisi lain terbit sayap-sayap harapan agar buku-buku itu dapat menghadirkan manfaat yang lebih di tempat yang lain.