Beberapa tahun lalu di Palembang, Sumatra Selatan, saya berkesempatan untuk meliput event Festival dan Lomba Seni untuk pelajar. Perpaduan ikan belida dengan balutan kain songket dan ikat kepala tanjak menjadikan Pujangga Belida sebagai maskot perhelatan tersebut.

Saya pun bertanya tentang maskot ikan belida tersebut kepada supir di daerah Palembang sana. Menurutnya ikan belida kini telah langka dan sukar didapatkan. Ikan belida dahulu biasa diolah menjadi bahan campuran kerupuk dan empek-empek.

Seperti dilansir Kompas, secara umum ikan belida memiliki bentuk tubuh memanjang yang mirip dengan bentuk pisau atau lidah sehingga sering disebut sebagai knife fish atau ikan pisau. Ikan belida tergolong sebagai ikan dari suku kecil yang mudah dikenali dari bentuk sirip yang sangat panjang yang dihubungkan dengan sisik-sisik kecil mirip sirip ekor.

Kabar gembira hadir dengan inovasi yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia yang melakukan budidaya ikan belida. Setelah 15 tahun uji coba, ikan lokal air tawar ini kini sudah berhasil dibudidayakan.

Sebagai informasi ikan belida merupakan ikan lokal air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang populasinya di alam terancam punah.

Adapun ikan belida yang dibudidayakan merupakan salah satu spesies dari 4 spesies asli yang dilindungi di Indonesia yaitu Chitala hypselonotus. Dengan budidaya yang dilakukan, perilaku ikan karnivora ini berhasil diubah menjadi ikan yang mengonsumsi pakan buatan.

Dari budidaya yang dilakukan, terdapat sekitar 185 ekor induk belida berukuran 2-4 kg dan 700 ekor calon induk berukuran 300-400 gram. Rata-rata produksi benih ukuran 1-3 cm sebanyak 500-1.000 ekor per bulan.