Arfianingrum Pujiastuti Diterbitkan 9 February 2022

Yuk Disimak Perbedaan Dodol dengan Kue Keranjang

Ingat kue keranjang, ingat imlek?

Kue keranjang merupakan kue khas yang selalu disajikan pada saat perayaan Imlek. Seperti dilansir National Geographic, kue keranjang dalam bahasa Mandarin disebut dengan Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe yang memiliki arti sebagai kue manis yang sering disusun tinggi bertingkat dengan penyusunan dari bawah hingga atas semakin kecil. Artinya adalah peningkatan rejeki atau kemakmuran.

Di beberapa daerah di Indonesia, kue keranjang ini biasanya juga disebut dodol Cina.

Lantas, apa bedanya dodol dengan dodol Cina (kue keranjang)? Chef Edwin Lau pada akun Instagram-nya (@chefedwinlau) memberikan penjelasan tentang hal tersebut.

Dodol menggunakan bahan gula merah atau gula aren dalam pembuatannya, dibentuk panjang-panjang dan dibungkus plastik, seperti yang juga dikenal di kalangan orang Betawi. Sementara kue keranjang tidak memakai gula merah, gula kawung ataupun gula aren, melainkan menggunakan gula pasir (dikarenakan asal usulnya dari Cina yang memakai gula tebu).

Dodol di antaranya memakai bahan baku santan, sehingga mudah menjadi tengik dalam waktu beberapa bulan saja.

Adapun kue keranjang bisa tahan sampai setahun walau tidak disimpan di lemari es. Hanya saja biasanya kue keranjang yang sudah setahun akan mengeras seperti batu. Namun, rasa dan baunya masih sama. Anda hanya tinggal mengukusnya kembali untuk melembutkannya lagi.

Dodol harus terus-menerus diaduk-aduk di sebuah kuali raksasa, semenjak adonan masih cair hingga lama-kelamaan mengental, sehingga pekerjaan berat itu harus dilakukan oleh laki-laki dewasa. Sedangkan adonan kue keranjang tetap cair dan dituang ke cetakan-cetakan yang sudah diberi alas daun pisang, sewaktu dimasak di sebuah alat pengukus (langpo) raksasa.

Untuk sejarah dodol memiliki akar di kerajaan Hindu-Budha (Jenang), sedangkan kue keranjang berasal dari negeri Tiongkok. Oleh karena asalnya dari kerajaan Hindu-Budha, “dodol” tersebar merata di kerajaan Melayu dengan variasi tersendiri. Maka di Malaysia, Singapura, Brunei, juga memiliki “dodolnya” sendiri dan demikian pula dengan varian kue keranjang di berbagai negara akibat penyebaran agama maupun ekspedisi saudagar Cina di berbagai negara di zaman dahulu.