Sasando merupakan alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Timur yang dimainkan dengan cara dipetik menggunakan kedua tangan. Sasando berbentuk tabung panjang yang biasanya terbuat dari bambu. Alat musik ini memiliki jumlah senar atau dawai yang berbeda, ada yang berjumlah 28 senar, 56 senar, hingga 84 senar.
Saat ini telah ada Sasando elektronik yang biasa dimainkan dalam panggung besar atau pertunjukan kontemporer. Berdasarkan suaranya, Sasando dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yakni sasando engkel, sasando dobel, sasando gong, dan sasando biola.

Adapun berdasarkan struktur nada, sasando dapat dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, sasando gong dengan sistem nada pentatonik memiliki dua belas dawai. Sasando jenis ini biasanya hanya bisa digunakan untuk memainkan lagu-lagu tradisional masyarakat di Pulau Rote.
Kedua adalah sasando biola. Seperti dilansir Indonesia Kaya, sasando ini memiliki sistem nada diatonik dengan jumlah dawai mencapai 48 buah. Kelebihan dari sasando ini terletak pada jenis lagu yang bisa dimainkannya lebih bervariasi. Sasando ini diperkirakan mulai berkembang di akhir abad ke-18 dan berkembang di Kupang.
Secara harfiah nama Sasando berasal dari bahasa Rote, yaitu “Sasandu” yang berarti “bergetaratauberbunyi”. Seperti dilansir akun pemerintah kabupaten kabupaten Rote Ndao, sasando sering dimainkan untuk mengiringi nyanyian, syair, tarian tradisional, dan menghibur keluarga yang berduka.
Lalu bagaimanakah cara memainkan Sasando? Sasando biasanya dimainkan menggunakan kedua tangan dengan arah yang berlawanan. Tangan kanan berperan untuk memainkan akor, sedangkan tangan kiri sebagai melodi atau bas.
Untuk memainkan Sasando dibutuhkan harmonisasi perasaan dan teknik, sehingga menghasilkan nada yang pas dan merdu. Selain itu keterampilan jari dalam memetik sangat diperlukan.