Tahukah Anda mengenai jamuan makan Ladosan Dhahar Kembul Bujana? Seperti dilansir Kementerian Pendidikan RI, Ladosan Dhahar Kembul Bujana adalah sebuah tradisi makan menyerupai tatanan fine dining yang mengadaptasi tradisi makan raja-raja Jawa di masa lampau. Ladosan Dhahar Kembul Bujana berarti jamuan makan bersama dengan pelayanan khusus.
Tradisi makan ini melibatkan beberapa orang untuk memberikan layanan khusus pada anggota kerajaan. Para pramusajinya mengenakan pakaian adat yang identik dengan abdi dalem keraton. Pramusaji perempuan mengenakan kemben dan kain jarik, sedangkan laki-laki mengenakan kemeja peranakan berbahan lurik, kain jarik, dan blangkon.
Makanan dibawa oleh pramusaji dalam wadah kayu yang dipikul di pundak. Wadah kayu yang dikenal sebagai jodhang ini dibawa seorang punggawa yang berjalan di depan sambil memegang songsong atau payung kuning kerajaan.
Budaya dan tradisi berusia ratusan tahun ini dihadirkan pada Pertemuan Pertama Kelompok Kerja Pendidikan G20 atau First Meeting of G20 Education Working Group (EdWG) 2022 di Kota Yogyakarta.
Pilihan makanan dalam set menu Ladosan Dhahar Kembul Bujana dimulai dari makanan pembuka (appetizer) hingga makanan penutup (dessert) yang menjadi menu favorit para Sultan, mulai dari Sri Sultan Hamengkubuwono VII hingga IX. Adapun sebanyak 11 menu dihidangkan untuk para delegasi G20, yaitu Bir Jawa, Roti Jok Semur Ayam, Ledre Pisang, Salad Mentimun, Nasi Pandan Wangi, Dendeng Age, Sapitan Lidah, Zwaart Zuur (Bebek Asam Hitam), Lombok Kethok Sandung Lamur, Setup Pakis Taji, dan Rondo Topo dengan Saus Karamel.
Sebagai informasi tambahan, salah satu menunya yakni Zwaart Zuur (Bebek Asam Hitam), terdapat nanas, fungsinya untuk menetralisir dan mengempukkan daging. Zwaart Zuur (Bebek Asam Hitam) merupakan menu favorit Sri Sultan Hamengkubuwono IX
Ingin mencicipi pengalaman jamuan makan Ladosan Dhahar Kembul Bujana? Anda bisa mencoba pengalaman ini di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta.