Pekan Libur Lebaran lazimnya diisi dengan mencicipi aneka kuliner. Berkunjung ke rumah sanak famili maupun sahabat, umumnya diiringi dengan menikmati makanan dan minuman yang disuguhkan.

Meski begitu jangan terlena, bagi umat Muslim, masih ada puasa sunah enam hari di bulan Syawal. Dan ternyata melaksanakan aktivitas puasa bahkan setelah Ramadan, dapat berimplikasi pada penerapan pola makan sehat.

Pola makan merupakan salah satu upaya menghindari berbagai macam penyakit kronis dan katastropik yang membutuhkan biaya banyak seperti stroke, diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi.
Seperti dilansir Antara, berpuasa termasuk upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah sederet penyakit kronis itu sekaligus cara cara detoksifikasi tubuh yang murah dan mudah. Selain itu, puasa juga dapat menyebabkan kadar glukosa darah mengalami penurunan dan menyebabkan tubuh mengambil cadangan energi lain dalam bentuk lemak sebagai sumber energi.

Selama Ramadan, umat Muslim diatur untuk berpuasa dalam 13-14 jam lalu berbuka setelahnya dan pola ini jika dipikir-pikir mirip dengan pola makan puasa yang baik yaitu intermitten fasting.

Ada beberapa contoh intermitten fasting, seperti alternate day fasting yang mana puasa berselang seling seperti puasa Daud. Bedanya saat hari puasa itu hanya boleh makan 500 kalori, dan hari berikutnya feast day yang boleh dalam jumlah yang kita inginkan tanpa perlu memusingkan kalori.

Lalu ada pula diet 5:2 yaitu 5 hari tidak berpuasa dan 2 hari berpuasa. Umat Muslim umumnya mengaplikasikan pola ini melalui puasa sunah Senin, Kamis.

Sementara itu salah satu studi seperti dikutip dari Healthline, menunjukkan diet 5:2 bisa menurunkan berat badan yang mirip dengan pembatasan kalori biasa. Selain itu, diet ini sangat efektif untuk meningkatkan sensitivitas insulin.