Kesadaran terhadap lingkungan hidup semakin intens dilakoni dan disuarakan. Salah satu hulu tindakan yang dapat berdampak adalah dengan menerapkan pola hidup minim sampah. Semua bisa dimulai dari hal yang sederhana, seperti membawa botol minuman sendiri demi mengurangi sampah botol plastik, membawa tas belanja dan sedotan sendiri, atau merencanakan menu mingguan sehingga bisa menyiapkan wadah untuk berbelanja bahan yang diperlukan.
Perilaku mengurangi sampah ini seyogianya berlaku seumur hidup, namun Anda harus tetap fleksibel ketika rencana mengurangi sampah terkendala satu dan lain hal. Kalau sesekali gagal, enggak apa-apa.
Agar perjalanan mengurangi sampah menjadi lebih lancar, orang-orang di sekitar juga sebaiknya menjalani gaya hidup yang sama. Dengan dukungan dari orang-orang terdekat, hidup minim sampah bisa lebih mudah diterapkan.
Kala menerapkan gaya hidup mesra alam, maka timbul pertanyaan, ketika ada benda yang menarik perhatian, apakah itu merupakan keinginan atau kebutuhan. Dikarenakan hal itu berdampak pada hal berikutnya, yakni sampah. Misalnya ketika membeli sepatu, pakaian secara online contohnya, maka ada plastik pembungkus yang untuk kemudian menjadi sampah.
Contoh lainnya antara keinginan dan kebutuhan adalah kuliner. Setiap orang Indonesia rata-rata membuang makanan setara Rp 2,1 juta pertahun. Hasil analisis Kompas menemukan, nilai sampah makanan di Indonesia mencapai Rp 330 triliun pertahun. Jika ditarik dengan konsep mesra alam, maka perkara membuang makanan/sampah makanan sesungguhnya menghasilkan output sampah yang berlapis. Ya dari makanannya, ya dari plastik untuk membungkus makanannya.