Terduduk aku dalam sepi,
Dengan tembakau buatan amerika dan secawan kopi,
Bersama luka dibasuh air mata,
Manis dihirup pedih ditahan,
Melodi perlahan bermain dari komputer riba,
Menemani saat derita yang menambah duka,
Hidup ini adalah wayang,
Skripnya tertulis epilog tanpa prolog,
Tapi kau babak paling indah,
Terlalu mengagungkan yang di ibu kota,
Hingga buta yang ada di pulau mutiara,
Tidak sedikit aku lupa keduanya,
Tapi aku sudah hilang segalanya,
Hati sudah ikhlas apa berlaku,
Cuma satu hal mengganggu
Aku tak rela hilang segala,
Semoga aku terbiasa dengan luka
Sampai aku lupa semua kisah cinta,