Arfianingrum Pujiastuti Diterbitkan 18 July 2022

Belajar Ekspresi-Emosi Untuk Anak 

Salah satu tema parenting yang saya temukan adalah mengenai ekspresi dan emosi. Ketika anak saya masih bayi dahulu terdapat buku kecil bersampul merah yang isinya memperlihatkan ragam emosi. Ada tertawa, kaget, marah, kecewa, dan sebagainya. Hingga anak saya kini berumur 38 bulan, buku tersebut masih sesekali dia mainkan.

Masih terkait dengan ekspresi dan emosi, saya pun memfasilitasi pembelajaran terhadap hal tersebut melalui berbagai buku lainnya. Ada mengenai karakter tertentu ketika sedang marah dan bagaimana mengatasinya. Terdapat nilai-nilai agama dalam buku tersebut, di antaranya jika marah, berarti sedang ada setan yang terbuat dari api, maka dianjurkan untuk menenangkan diri dengan melakukan wudu.

Sedangkan buku lainnya tentang emosi kecewa. Terdapat karakter yang telah begitu semangat untuk berlatih sepak bola. Namun kemudian, sang pelatih berhalangan hadir sehingga latihan sepak bola dibatalkan hari itu. Sang tokoh utama terlihat kecewa, ia lalu meregulasi kecewanya dengan berbagai opsi agar merasa lebih baik. Ada opsi dipeluk oleh orang tuanya, menyiram tanaman, dan minum air putih.

Masih terkait ekspresi dan emosi, pada akhir pekan kemarin pembelajaran hal tersebut dipadukan dengan motorik. Ragam ekspresi dan emosi ditempelkan di lantai. Lalu anak saya meloncat ke ragam ekspresi-emosi tersebut. Ada ekspresi-emosi marah, kaget, gembira dan sedih.

Mengenali ekspresi-emosi merupakan bagian pembelajaran bagi anak. Dengan demikian anak mengetahui dan dapat membedakannya. Anak pun dapat menerima ragam ekspresi-emosi itu. Termasuk berbagai cara menanganinya dalam kadar tertentu. Seperti marah, kecewa, merupakan hal yang harus diterimakan bagi anak. Bukankah marah, kecewa, merupakan ekspresi-emosi yang terus ada bahkan hingga usia kita kini?

Tentu saja di samping berbagai buku dan cara pembelajaran yang ada, anak pun belajar dari orang tua dan lingkungannya. Timbul pertanyaan telahkah kita memberikan teladan yang baik dalam meregulasi ekspresi-emosi?