Arifin Diterbitkan 26 July 2022

Dari Kampung Untuk Dunia

Mice dalam kartunnya untuk harian Kompas mengkomparasikan suasana jam 6 pagi di kampung dan di kota. Dalam gambarnya pada jam 6 pagi di kampung terlihat seorang pria masih mengenakan kain sarung, meminum kopi, sembari sarapan, dengan latar belakang gunung. Sedangkan dalam gambarnya pada jam 6 pagi di jalan raya kota terlihat kemacetan lalu lintas bersama orang-orangnya.

Belum lama ini di majalah Tempo dibedah mengenai awal semula Upin & Ipin. Dalam wawancaranya dengan Haji Burhanuddin Md.Radzi selayang pandang mengenai kampung dan kota pun ditemukan.

Burhanuddin Radzi mengaku ide cerita Upin & Ipin berasal dari istri dan dirinya. “Saya ini anak kampung. Istri besar di daerah bandar (kota). Dia tidak tahu permainan anak-anak kampung. Saya waktu kecil memainkan permainan-permainan tradisional. Ceritanya berkembang dari situ. Istri saya yang membuat skripnya. Saya kembangkan dengan tokoh-tokoh,” jelas pemilik Les’ Copaque Burhanuddin Radzi.

Kisah Upin & Ipin sendiri memiliki latar di Kampung Durian Runtuh. Cerita Upin & Ipin merupakan film animasi dengan cerita anak-anak kampung. Secara cerita disajikan sederhana, menyebarkan semangat keberagaman, kesetaraan, dan harmoni dalam perbedaaan.

Upin & Ipin telah menjadi fenomena global. Di antaranya masuk daftar penerima Oscar 2020. Hal yang menunjukkan diterimanya secara lintas negara, etnis, agama, sebuah kisah yang berhulu dari “Kampung Durian Runtuh”.

Masih dari kisah kampung, dari lakon teater “Spectacle HELP: A Visual Theatre Performance”, saya pun teringat dengan dolanan. Dolanan adalah permainan tradisi turun-temurun, warisan nenek moyang. Tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Dolanan sarat akan kearifan lokal. Ragam dolanan yang tersebar di Indonesia; seperti permainan gobak sodor, soyang-soyang, kakak mia, sala Bandung. Rindu kampung dengan segala atributnya? Ah, bahkan Barack Obama dalam kunjungannya pernah bertutur: “Pulang kampung, nih!”