Beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke suatu sekolah. Salah satu keunggulan dari sekolah itu adalah keterampilan tata boga. Rupanya terdapat disiplin tertentu. Sebelum “berlaga di dapur”, para siswa serta guru pendamping menggunakan busana putih serta topi chef. Tentu ada kegunaan tersendiri dari busana tersebut.
Untuk busana putih, di antaranya terkait memelihara kebersihan. Pakaian putih sangat kontras dengan segala macam kotoran sehingga tidak bisa dijadikan alasan bagi koki untuk tetap memakai seragam yang kotor. Warna putih juga bermaksud untuk membuat sang koki tetap merasa nyaman saat beraktivitas di dapur.
Sedangkan fungsi utama dari topi chef adalah untuk menjaga kebersihan, terutama menghindari dan menjaga agar rambut tidak jatuh ke makanan, juga menyerap keringat di dahi agar tidak terkena makanan atau mengganggu proses memasak.
Selain fungsi-fungsi tersebut, saya juga melihatnya secara psikologis untuk bersiap dan mempersembahkan yang terbaik di dapur. Saya pun teringat dengan ibu saya yang hobi memasak, ketika di dapur, ia begitu fokus, bahkan cenderung “galak”, dikarenakan ia tidak ingin diganggu hal-hal yang tidak perlu dalam proses menyiapkan kuliner.
Secara psikologis untuk bersiap dan mempersembahkan yang terbaik, juga berlaku di ranah lainnya, di antaranya menulis. Dahulu kala ketika teknologi belum semasif sekarang, ketika ingin menulis, saya menumpuk buku, majalah, koran, yang sekiranya bertaut dengan tema yang ingin diangkat. Saya pun lebih suka untuk menyendiri serta tidak terdistraksi dengan suara lainnya.
Tentu perihal bersiap dan mempersembahkan yang terbaik, masing-masing orang memiliki cara dan metode tersendiri. Ibaratnya bukanlah one size fits all.
Untuk menyiapkan ekosistem bersiap dan mempersembahkan yang terbaik, mungkin ada yang memerlukan lagu latar lofi sebagai contoh, atau justru lagu dengan beat rock, jazz, melayu, dan sebagainya.
Hal tersebut terkait juga dengan pembelajaran, ada yang visual, auditori, kinestetik.
Selain mempersiapkan ekosistem yang nyaman untuk diri, pada beberapa hal, kita pun harus siap untuk mengerjakan sesuatu dengan latar keadaan yang tidak ideal. Misalnya karena diburu tenggat, maka penulis dapat beradaptasi dengan menulis dimanapun. Pun begitu dengan si ahli memasak, ketika memasak dengan bahan yang tidak lengkap-lengkap amat, maka ia harus mengkreasikannya dengan yang ada. Selain itu konsep “show must go on” juga dapat berlaku, manakala katakanlah sedang tidak mood, dalam kondisi yang tidak fit, ada sanak keluarga yang sakit, atau segalanya. Maka periode bersiap dan mempersembahkan yang terbaik pun tentu harus diupayakan dengan sungguh dalam situasi dan kondisi apa pun.