Ketika kasus Covid-19 meninggi sejumlah perkantoran di Indonesia menerapkan work from home (WFH). Tinggal di bawah atap keluarga besar, saya pun “mencuri dengar” paparan presentasi kala rapat. Baik itu istri dan adik istri. Nyatanya saya seperti mendapatkan ilmu baru, perspektif baru.
Ada kesegaran, karena seolah belajar dimensi ilmu lain secara sederhana dan dari pelakunya. Seperti adik istri yang merupakan penulis skrip iklan. Maka saya “mencuri dengar” detail yang diperhitungkan dalam pembuatan iklan. Seperti ke arah mana kamera menuju, pesan yang ingin disampaikan, busana para pemeran, dan sebagainya.
Lalu istri saya yang juga pekerja teks komersial. Bagaimana ia membedah, menyelami mengenai dunia perbankan, istilah-istilahnya, serta eksekusi dalam pembuatan e-learning yang melibatkan suara, motion, dan sebagainya.
Pancaran inspirasi pun saya dapatkan, dikarenakan tidak melulu berkutat dalam “cangkang”, rutinitas yang itu-itu.
Saya pun teringat dengan team work yang terbentuk dari unsur-unsur yang berbeda. Hal itu di antaranya diceritakan dengan baik dalam serial Start-Up. Bagaimana ahli bahasa pemrograman, algoritma, bertemu dengan penutur narasi di balik teknologi yang rumit tersebut.
Mungkin itulah hikmah dari silaturahmi dalam konteks lainnya. Bertemu dengan orang yang berbeda, dengan latar belakang berbeda, dengan kompetensi berbeda. Dari silaturahmi dapat muncul berkah kerja sama, sama-sama menghasilkan sesuatu.
Di samping itu perspektif, cara pandang, pun akan lebih berwarna dengan bertemu orang yang berbeda dengan latar belakang berbeda, kompetensi berbeda. Kita pun sadar bahwa ada begitu banyak kompetensi, di samping itu ada begitu banyak keahlian yang kita tidak ahli. Semoga hal tersebut membawa pada kesadaran untuk tidak sombong, merasa tahu segala, serta memiliki semangat belajar hal-hal yang baru. Dikarenakan beririsan dengan circle yang berbeda, kita pun dapat belajar keterampilan-keterampilan lainnya.