Kehidupan dalam era kekinian begitu banyak terkait dengan listrik. Ponsel, laptop, wifi, penerangan, AC – merupakan sederet hal yang dapat berdampak jika listrik mati.
Lalu apa yang dapat kita lakukan kala mati listrik? Yang jelas beberapa perangkat yang menggunakan listrik seperti disebutkan di atas dapat berdampak. Namun, tentu saja manusia memiliki daya adaptasi dan kreasi yang bisa dilakukan.
Kala mati listrik, Anda dapat berbicara dengan orang-orang di sekitar. Hal tersebut mungkin mengalami pengurangan yang signifikan jika listrik menyala, dikarenakan masing-masing sibuk dengan kesibukan dan perangkatnya.
Maka Anda dapat berbicara dengan orang-orang di sekitar. Jika sedang di rumah, Anda dapat berbicara lebih intens dengan para penghuni rumah. Bercerita apa saja sembari menunggu listrik kembali menyala.
Pun begitu ketika berada di kantor, Anda dapat berbincang mulai dari hal yang berat, hingga yang terlihat remeh-temeh.
Jadikan listrik yang sedang padam tersebut sebagai blessing in disquise dengan ngobrol, berbincang, kenali lebih dekat mereka-mereka yang berada di sekitar Anda.
Kala listrik padam, Anda juga dapat bermain bayang-bayang. Saya secara personal sebagai generasi 90-an mengingat di masa kecil dahulu, listrik yang padam dapat terjadi beberapa kali. Yang kami lakukan di keluarga adalah bermain bayang-bayang. “Peralatan” yang diperlukan, cukup nyala cahaya lilin, serta aneka gerakan tangan. Di tembok, akan muncul bayangan, bak pertunjukan wayang. Kreativitas pun dapat dirajut dengan melakukan storytelling berbasiskan bayangan di tembok.
Pertunjukan yang menggunakan bayangan, juga dimunculkan pada kartun Aa Rafathar. Dikisahkan Rafathar yang beserta teman-temannya yang berada di rentang umur usia Taman Kanak-kanak (TK), dihibur oleh pertunjukan teatrikal yang dilakukan Raffi dengan Merry.
Kala listrik padam, Anda juga dapat menenangkan diri. Baik itu merenung, melakukan Yoga, latihan pernapasan, ataupun melamun.
