Arifin Diterbitkan 30 January 2023

Terlalu Tua Untuk Berkarya? 

Apakah Anda pernah mengenal istilah terlalu muda, terlalu tua? Bisa jadi hal tersebut menyimpan miskonsepsi tersendiri. Umur dapat berupa sekadar angka saja, Andalah yang memaknainya, orang lain yang menginterpretasikannya.

Terkait umur misalnya, jika mampu mengelola asupan makanan, olahraga teratur, menjaga pola pikir, Anda bahkan dapat lebih bugar dari orang yang secara usia lebih muda.

Seperti dilansir harian Kompas, berdasarkan Laporan Tahunan Kantor Kabinet Jepang tentang Masyarakat yang Menua tahun fiskal 2021, persentase warga berusia 60 tahun ke atas yang masih ingin terus bekerja mencapai 40,2 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari tiga negara lain yang disurvei, yakni Amerika Serikat, Jerman, dan Swedia. Keinginan untuk terus bekerja sejatinya sejalan dengan program “kehidupan 100 tahun” Jepang dan desakan mereformasi pasar tenaga kerja yang memungkinkan warga bisa bekerja hingga usia senja.

Masih terkait dengan umur, apa yang diunggah di Instagram penulis Dewi Lestari cukup memantik konsep terlalu tua untuk berkarya.

“Jika ditanya dari mana bakat saya menulis, saya akan menunjuk ayah saya sebagai jawaban. Beliau seorang pencerita hebat. Suasana seketika hidup begitu Bapak bercerita. Ia ingat tanggal, tempat, dan nama-nama dengan amat baik,” jelas Dewi Lestari.

“Ketika Bapak sempat resah dengan hari tua yang monoton, saya menganjurkan beliau untuk menulis. Abadikanlah kisah-kisah Bapak yang seru itu, setidaknya buat anak cucu, demikian usulan saya,” sambung Dewi Lestari yang telah menulis 18 buku.

Menurut Dewi Lestari, Maret 2020 Bapaknya (Yohan Simangunsong) mulai menulis. Pada 28 Juli 2020, tepat sehari sebelum ulang tahun ke-82, beliau menyelesaikan draf pertamanya. 

Manuskrip Bapak tersebut sempat mengendap beberapa lama dikarenakan kesibukan Dewi dalam merampungkan karyanya Rapijali.

“Tahun ini Bapak akan berusia 85 tahun. Beliau sudah ingin kembali ke kampung, menghabiskan masa tua di sana. Bluntly put, saya berpacu dengan waktu. So, bagi yang bertanya-tanya apa yang hendak saya kerjakan berikutnya, ini dia jawabannya,” tutur sosok yang akrab dipanggil Dee.

“Entah apa judulnya kelak. Entah jua bakal jadi apa—sekadar buku untuk anak cucu, atau buku untuk publik—kami belum tahu. Yang pasti, inilah proyek pertama saya di 2023, yang membuka kembali pintu Batcave dan mendenyutkan napas baginya. Manuskrip Bapak,” sambung Dee.

Dari unggahan tersebut, seakan menjadi pengingat, serta menggerakkan, bahwa terlalu tua untuk berkarya teramat mungkin adalah miskonsepsi. Anda dan saya dapat berkarya di hari ini, merajut karya dalam keseharian. Berapa pun usia Anda saat ini, teruslah berkarya dan berkreativitas.