Beberapa waktu lalu saya mencicipi kembali jenama burger tertentu. Bisnis franchise tersebut mendapat tempat tersendiri di hati dan kepala. Saya pun makan, lalu bertanya-tanya. Adakah rasa dari burger ini telah mengalami penurunan?

Ataukah saya yang telah memiliki “bank data rasa burger” yang lebih beragam, sehingga menyimpulkan rasa burger ini kini hanya biasa saja. Burger ini sendiri jika ditarik dalam garis waktu telah saya kenal lebih dari satu dekade.

Atau mungkin, saya coba mengingat-ingat, bahwa burger ini ketika itu mendapat tempat di hati dan kepala – tak hanya karena rasa, melainkan karena memori kebersamaan. Saya pernah mencicipi burger ini bersama ibu, kakak, keponakan, kakak ipar, teman.

Apakah Anda pernah mengalami hal yang serupa itu?

Tumbuh bersama kenangan tertentu. Mungkin itu jugalah yang menjelaskan kala Wendy’s menutup outletnya di Pondok Indah Mall (PIM),  McDonald’s di Sarinah yang tutup seiring revitalisasi tempat tersebut, restoran Rindu Alam di daerah Puncak yang tutup – ada memori yang tertambat disana.

Tumbuh bersama kenangan tertentu, hal tersebut dapat menjadi semangat generasi tertentu. Sebagai misal Generasi 90an. Maka buku karya Marchella FP Generasi 90an yang memuat film, musik, dandanan, permainan, hingga bacaan dan makanan yang disajikan dalam bentuk ilustrasi yang menghibur layak diapresiasi.

Hal tersebut merupakan pengarsipan pop-culture dari Generasi Y dalam bentuk ilustrasi yang informatif dan menyenangkan untuk dibaca. Menurut Marchella, masyarakat kala itu menjalani transisi dunia analog ke digital. Anak-anak 90an masih aktif menikmati permainan tradisional di luar rumah, tetapi juga mencicipi serunya main game konsol seperti Nintendo atau Sega.