Berapa lama keterampilan tertentu dapat dikuasai oleh seseorang? Bisa jadi harus selama bertahun-tahun, bisa lebih dari 10.000 jam, dapat melewati berbagai purnama.
Dalam berbagai konten, seakan ada simplifikasi, shortcut, untuk menjadi terampil terhadap kemampuan tertentu. Namun, mungkin selain kontennya clickbait, ada tendensi secara psikologis di masyarakat untuk menguasai keterampilan tertentu (enggak pakai lama secara waktu).
Instan, padahal dalam jam-jam panjang itulah keterampilan, sikap ditempa. Pada buku Atomic Habits karya James Clear, terdapat makna konsistensi. Hal-hal yang sifatnya atomic, satu persen saja setiap hari kalau kita konsisten selama 365 hari, setelah satu tahun kita mengalami peningkatan sebesar 37 kali.
Pada novel Rapijali 2: Menjadi, perihal keterampilan yang diasah selama bertahun-tahun tersebut terungkap kala Wakil Dekan Universitas Bakti Sancaya Ira mengungkap kalimat berikut mengenai beasiswa jurusan Musik (Rapijali 2: Menjadi, halaman 20):
“Ada standar akademik yang harus kamu penuhi, baik itu kualitas maupun biaya. Belasan kali saya mengaudisi jalur beasiswa, Ping. Anak-anak itu rata-rata punya pendidikan musik sejak kecil, training belasan tahun.”
Untuk menjadi terampil di bidang tertentu, termasuk hingga mampu “berkarakter”, seperti punya kekhasan, “tanda tangan” pada karya, merupakan proses menahun, pencarian, penyempurnaan, adaptasi.
Minat dan bakat, apakah itu cukup? Hal tersebut akan menemui jam-jam panjang untuk penempaan. Maka dikenallah sekolah yang menampung potensi pada olahraga tertentu, ataupun jam-jam panjang untuk melatih keterampilan itu, baik bersama mentor, rekan-rekan, serta dibutuhkan ekosistem yang mendukung.
Juara Olimpiade Greysia Polii berkisah bagaimana dia ketika masih belia merantau dari Sulawesi ke Pulau Jawa, demi mendapatkan pelatihan yang lebih mumpuni di bidang bulu tangkis. Minat, bakatnya ditopang dengan aneka faktor lainnya seperti lawan latih tanding, pelatih yang mumpuni.