Arifin Diterbitkan 16 February 2023

Kala Mewawancarai Narasumber

Dalam membuat tulisan, mewawancarai merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan. Ketika bertemu dengan narasumber, ada baiknya untuk melakukan sejumlah persiapan. Persiapan yang baik, merupakan langkah untuk menghasilkan tulisan yang baik.

Cari tahu mengenai narasumber. Jika terdapat waktu sebelum melakukan wawancara, telusuri mengenai narasumber. Anda bisa menggunakan sumber data dari internet, mencoba mencari tahu selayang pandang si narasumber dari orang yang mengenalnya, ataupun melacaknya dari berbagai karyanya-portofolio.

Dengan pengetahuan awal tersebut, terdapat gambaran, baik itu tentang narasumber, serta hal-hal yang baiknya ditanyakan. Pun begitu dengan ruang lingkup keahlian, pengetahuan si narasumber, akan terdeteksi dengan melakukan riset awalan tersebut.

Berbekal selayang pandang, riset awalan tersebut, ada baiknya untuk menanyakan hal yang baru ataupun mendalami dari basis informasi pendahuluan tersebut. Upayakan ada kebaruan dalam tulisan kita, dibandingkan tulisan-tulisan sebelumnya terkait narasumber.

Apakah perlu membuat daftar pertanyaan? Atau biarkan saja mengalir sesuai keadaan? Jika ditanya tentang pendekatan yang saya pilih, maka saya akan memilih untuk membuat daftar pertanyaan. Hal tersebut jika meminjam istilah Stoik – merupakan sesuatu yang dapat kita kendalikan.

Meski begitu, bukan berarti jadinya proses mewawancarai menjadi kaku. Daftar pertanyaan tersebut dapat menjadi panduan – di hari-H wawancara, dari jawaban yang diberikan narasumber, dapat menjadi bahan pertanyaan pula. Hal tersebut dapat menyajikan kebaruan ataupun menggali pendalaman informasi. Dalam mewawancarai, Anda juga dapat memperhatikan detail-detail di lapangan yang nantinya memperkaya tulisan dengan sisi humanis. Misalnya mengimbuhkan hobi lainnya si narasumber, pakaian yang dikenakannya, jalur pendidikan yang ditempuhnya, tentang keluarganya, dan sebagainya. Sisi humanis ini, membuat tulisan lebih bernas karena tak sekadar menyajikan data dan fakta, melainkan “mendekatkan” narasumber dengan pembaca melalui sisi-sisi personalnya.