Arifin Diterbitkan 16 February 2023

Ketika Buntu Dalam Mengerjakan Tulisan 

Dari mana datangnya ide? Hal tersebut dapat datang dengan berbagai cara. Yang diperlukan adalah kepekaan kita untuk menangkapnya. Maka aktifkan indra-indra yang kita punya, sehingga dapat menyerap ide dengan berbagai cara serta dimana saja.

Anda juga dapat membuat bunker ide. Di situ berbagai ide-ide yang ada dicatat. Lalu jika menimbang berbagai hal, dari bunker ide tersebut, Anda dapat memilih ide mana yang akan dieksekusi menjadi karya.

Ketika mengerjakan karya yang berawal dari ide, bisa jadi mengalami stuck, kebuntuan. Apa yang harus dilakukan? Bisa jadi dengan melakukan rehat, membiarkan dulu karya tersebut selama beberapa waktu.

Karya yang mengalami kebuntuan, mungkin juga perlu diperbincangkan dengan orang lainnya. Bisa jadi mereka akan memberikan perspektif berbeda, blind spot yang selama ini tak terlihat.

Karya yang mengalami kebuntuan, dalam cerita pendek ataupun novel misalnya, bisa disiasati dengan membuat mind mapping. Dengan melihat gambaran besar, serta detailnya, dapat ditelusuri apa gerangan penyebabnya karya tersebut stuck.

Karya yang mengalami kebuntuan, bisa jadi membutuhkan berapa purnama untuk akhirnya disempurnakan dan rampung. Contohnya pada Rapijali karya penulis Dewi Lestari. Rapijali merupakan manuskrip yang telah “tertidur” selama 27 tahun.

“Tertidur” selama 27 tahun, lalu apa yang dilakukan Dewi Lestari hingga akhirnya dapat merampungkan karyanya tersebut? Di antaranya dengan mengubah sudut pandang penceritaan. Dari semula sudut pandang Ping (tokoh utamanya), menjadi sudut pandang orang ketiga.

Dewi Lestari selama rentang waktu tersebut juga semakin terampil sebagai penulis. Kemampuannya untuk menyusun konflik dan cerita semakin baik, alhasil manuskrip yang awal mulanya ditulis ketika dirinya berumur 17 tahun tersebut, dapat ditamatkan.

“Merobohkan” beberapa bagian tulisan yang lawas, untuk kemudian mengadaptasi dengan latarnya sekarang juga dilakukan. seperti memasukkan media sosial, ponsel, ajang bakat televisi, yang semuanya tidak terdapat dalam naskah aslinya yang berlatar tahun 1990-an. Dengan memasukkan elemen-elemen tersebut, ceritanya pun menjadi klop dan relevan.