Beberapa hari belakangan, saya terpapar pada perlunya anak untuk beraktivitas di luar ruangan (outdoor). Secara bergelombang informasi tersebut sambung-menyambung, baik itu melalui media sosial maupun pengalaman langsung.

Setelah melalui screening oleh psikolog beberapa waktu lalu, rekomendasi kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak kami (yang kini berusia 3 tahun), yakni meningkatkan respons adaptif terhadap stimulus proprioseptif dan vestibular melalui sejumlah kegiatan berikut:

>> Berikan aktivitas fisik bertujuan dan dengan frekuensi atau durasi tertentu sebagai pre activity sebelum memulai aktivitas yang membutuhkan fokus

>> Jalan pagi/sore durasi minimal 15 menit, dapat juga sambil membawa tas ransel dan botol minum untuk meningkatkan beban

>> Naik sepeda roda 3/balance bike durasi minimal 15 menit

>> Lakukan aktivitas lempar tangkap bola dengan gradasi jarak dan arah untuk meningkatkan kontrol gerakan

>> Lari/merangkak/melompat/gerakan lainnya sambil memindahkan benda sesuai instruksi yang diberikan

>> Mengikuti gerakan senam/tarian yang dicontohkan orang tuanya

Gerak cepat serta solutif pun diajukan oleh istri saya dengan menyertakan buah hati kami untuk ikut serta Sekolah Atletik. Rencananya dua hari dalam sepakan, anak kami akan mengikuti rangkaian gerak dasar olahraga. Kemarin, berbagai rekomendasi yang disebutkan di atas, pada beberapa bagian telah dilakukan, seperti aktivitas fisik sebagai pre activity, jalan sore, lari, gerakan sambil memindahkan benda, mengikuti senam.

Boleh dibilang secara personal setelah mendapatkan rekomendasi dari screening ahli tersebut, saya seperti “disadarkan” bahwa tumbuh kembang anak selayaknya holistik. Dalam artian melakukan olah cipta, olah rasa, olah karsa, olah raga.