Mengingat nama orang lain, terdengar sederhana, keahlian yang sesungguhnya bisa diupayakan, merupakan perangkat yang diperlukan dalam bersosialisasi. Mungkin itu jugalah alasan di balik sejumlah jenama yang turut me-notice nama pelanggannya.
Jika memesan minuman di kedai Starbucks misalnya, maka Anda akan ditanya mengenai nama. Nama Anda pun akan tertera di gelas minum. Ada perasaan personal, hangat, di-notice – dari hal yang sepertinya sederhana: nama.
Pun begitu pada beberapa jenama yang memuat ruang bagi pelanggannya untuk menyertakan nama mereka. Baik itu di baju, tas, handuk, sepatu, dan sebagainya. Ada sensasi emosi produk tersebut tertuju pada si pelanggan, value si pelanggan dihargai.
Ketika berinteraksi di lingkungan yang baru, bertemu dengan orang yang baru Anda kenal, bukankah ada perasaan bungah jika nama Anda disebut? Berarti Anda diingat. Kehadiran Anda dihargai.
Di kutub lainnya, bisa jadi Anda senewen, kecewa, ketika Anda dipanggil dengan nama orang lain. Keliru panggil ini dapat menurunkan respek kepada si lawan bicara.
Pentingnya mengingat nama juga disoroti oleh Dale Carnegie dalam bukunya yang termasyhur How to Win Friends and Influence People. Menurutnya ‘names are the most important words in any language’.
Pada saat kita mengingat nama seseorang dan memanggil mereka dengan nama, kita membuat orang lain merasa diapresiasi dan menunjukkan bahwa kita mem-value kehadiran mereka di hidup.