Gaya selingkung adalah ragam penulisan yang berlaku dalam satu lingkungan. Gaya tersebut biasanya menjadi ciri dari suatu media massa atau penerbit. Sistematika dan struktur penulisan serta pemilihan kata merupakan contoh cakupan gaya selingkung.
Kekhasan dalam karya, begitulah kiranya gaya selingkung. Dengan gaya selingkung tersebut, semenjak dari judul saja sudah ada perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya. Pun begitu ketika masuk ke dalamnya, ada yang memiliki filosofi ‘enak dibaca dan perlu’, ‘penting dan menarik’, dan sebagainya.
Kekhasan dalam karya penting kiranya dalam belantara atensi, serta sebagai pembeda. Suatu informasi dapat dikemas dalam kekhasan tertentu. Maka ada semacam magnet tersendiri untuk mencari tahu, mencari informasi, di suatu media massa tertentu sebagai contoh.
Kekhasan dalam karya ini juga dapat menjadi panduan, ketika membuat sesuatu. Mulai dari awal, apakah informasi tersebut sesuai dengan filosofi? Lalu mengemasnya sesuai dengan filosofi, kekhasan.
Kekhasan dalam karya tak melulu dimiliki media massa, penerbit, melainkan secara personal juga dapat diterapkan. Maka ada personal branding disini. Pada pemengaruh (influencer) kekhasan itu terjadi.
Maka simaklah ketika ada tren tertentu, maka pengemasan dari pemengaruh yang satu dengan pemengaruh yang lainnya akan berbeda. Hal tersebut berhulu dari kekhasan, personal branding dari si pemengaruh.
Dalam suatu kesempatan, terdapat iklan mi yang memadukan dengan kesehatan. Rupanya jenama ini menaruh di banyak keranjang pemengaruh. Maka pesan tersebut bisa didapatkan oleh publik dengan ragam tone. Ada yang memadukannya dengan komedi sembari mendatangkan ahli gizi untuk menu makanan keluarga; ada yang membuat mitos-mitos soal mi instan yang selama ini dipercaya.