Dalam ranah pendidikan dikenal istilah kecerdasan majemuk. Jadi anak itu sebenarnya punya bakat yang luar biasa besarnya, bisa di bidang musik, bidang seni, di bidang linguistik, atau matematika, komunikasi, dan sebagainya.
Sehingga ketika kita melihat anak, itu mereka semuanya tidak sama, tidak boleh seragam, karena enggak ada yang seragam. Dengan berbekal pengetahuan tentang kecerdasan majemuk, tentu bermanfaat dalam pengasuhan anak.
Dikarenakan bisa jadi anak stagnan di satu bidang, namun cemerlang di bidang lainnya. Dengan pemahaman itu, maka dapat melihat anak secara proporsional.
Menarik apa yang diungkap influencer Annisa Steviani yang mendalami self growth, menurutnya sekolah (zaman dulu) melabeli juara pada anak yang bisa semua. Sementara anak yang suka, pintar, dan jago di hanya di 1-2 pelajaran, tidak akan jadi juara kelas.
Padahal dunia selepas sekolah, “memerlukan fokus” jago yang dasarnya di 1-2 pelajaran tersebut. Untuk jago dan fokus di 1-2 pelajaran tersebut tentu membutuhkan waktu, kesungguhan, maka dikenallah jam-jam panjang untuk menempa keterampilan tersebut.
Dari pengalaman pribadi yang pernah saya lakoni, ketika mewarta para juara di lingkup sains, olahraga, seni, literasi, keterampilan, pada festival dan lomba tingkat nasional yang mempertemukan sejumlah siswa, – mereka-mereka merupakan orang-orang yang fokus, serta menghabiskan jam lebih pada bidang yang dilakoni.
Intensitas berulang yang dilakoni tiap hari membentuk “otot”, kebiasaan, mengakrabi diri pada kemampuan tersebut
Mengenali potensi anak, dapat dilakukan oleh orang tua dengan pengamatan. Di samping itu peran guru juga ada untuk turut menyemaikan, menggelorakan potensi itu, menyadari potensi tersebut.
Orang tua juga dapat menstimulasi anak dengan ragam kegiatan, keahlian, agar anak mencoba. Lalu di perjalanan, bisa berdiskusi dengan anak, mau berfokus pada yang mana.
Namun perlu diingat untuk tetap mendidik anak secara holistik. Mendidik secara holistik dalam artian melakukan olah cipta, olah rasa, olah karsa, olah raga. Karena sejatinya pendidikan itu menajamkan pikiran, menghaluskan perasaan, dan menguatkan kemauan.