Carian
Menilik Perasaan Takut Dilupakan 
May 4, 2023 Arifin

Kenang, kenanglah kami

Begitu petikan puisi dari penyair Chairil Anwar. Perasaan takut dilupakan (fear of being forgotten) telah banyak terlacak pada jejak-jejak karya manusia yang terlihat. Lukisan manusia di gua di era lampau pun bisa jadi berakar dari fear of being forgotten.

Atau Anda teringat tulisan di kursi, meja ketika di bangku sekolah dahulu? Sebuah marka, penanda, yang menandakan eksistensi, kehadiran seseorang pernah menuntut ilmu, beraktivitas di sekolah tersebut.

Atau bisa juga itu menjadi alasan dari foto, video di arsip ponsel. Bersama orang-orang terdekat, sobat, ada kehadiran diri pada foto, video tersebut. Dimana hulunya termaktub perasaan takut dilupakan.

Ingat dengan kalimat berikut dari sastrawan Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Bisa jadi di balik kalimat tersebut terselip perasaan takut dilupakan.

Perasaan takut dilupakan, hal tersebut dapat pula dikaitkan dengan mengingat nama. Pentingnya mengingat nama disoroti oleh Dale Carnegie dalam bukunya yang termasyhur How to Win Friends and Influence People. Menurutnya ‘names are the most important words in any language’.

Pada saat kita mengingat nama seseorang dan memanggil mereka dengan nama, kita membuat orang lain merasa diapresiasi dan menunjukkan bahwa kita mem-value kehadiran mereka di hidup. 

Menutup artikel ini, menarik kiranya sudut pandang yang ditawarkan pada novel The Fault in Our Stars. Kala Augustus Waters berbagi mengenai ketakutannya di support group bagi para penderita kanker. Augustus takut dilupakan untuk selamanya.

Simaklah jawaban Hazel Grace berikut (The Fault in Our Stars, halaman 22-23):

…”Akan tiba saatnya,” kataku, “ketika kita semua mati. Kita semua. Akan tiba saatnya ketika tidak ada lagi umat manusia yang tersisa untuk mengingat bahwa manusia pernah ada atau spesies kita pernah melakukan sesuatu. Tidak akan ada siapa pun yang tersisa untuk mengingat Aristoteles atau Cleopatra, apalagi mengingatmu. Semua yang kita lakukan, dirikan, tuliskan, pikirkan, dan temukan akan terlupakan, dan semuanya ini”—aku menunjuk sekeliling—“tidak akan ada artinya. Mungkin saat itu akan segera tiba, mungkin juga masih jutaan tahun lagi, tapi seandainya pun kita bertahan hidup dari kebinasaan matahari, kita tidak akan bertahan hidup untuk selamanya. Ada masa sebelum organisme mengalami kesadaran, dan akan ada masa setelahnya. Jika kau khawatir dilupakan untuk selamanya oleh manusia, aku mendorongmu untuk mengabaikannya saja. Tuhan tahu, itulah yang dilakukan semua orang lainnya.”

Komen