Memberi dan berkaryalah, maka segala kekurangan yang ada akan dilengkapi. Apakah Anda masih kurang percaya diri untuk berbagi suatu ilmu? Mulailah saja dulu, dari hal kecil, dari sekarang. Seiring waktu, celah, rumpang, itu akan dilengkapi.
Ada yang namanya proses. Seperti halnya guru, ketika akan mengajarkan sesuatu, maka ia akan dapat belajar berulang kali. Belajar materinya, menyampaikannya, lalu ada umpan balik, dari sana seorang guru akan belajar lagi.
Dengan berproses itu, maka ada jam terbang, pengalaman, portofolio – tak sekadar hanya membayangkannya di angan. Ketika berkarya, maka “apa yang dibutuhkan” akan terlihat kemudian. Dalam berbagai sektor hal tersebut terjadi. Seperti misalnya ketika membuat konten di media sosial, maka dari evaluasi, umpan balik yang ada, akan terlihat mana-mana yang perlu diperbaiki.
Contoh lainnya adalah menulis; jika telah berkarya, maka akan memerlukan riset yang sesuai. Sebagai contoh Thomas Stamford Raffles yang menyusun “The History of Java” merupakan contoh otentik mengenai pembacaan dan penulisan.
Untuk menulis “The History of Java”, Raffles mengumpulkan aneka ragam bentuk literasi seperti naskah Baratayuda versi Bali, Serat Manik Maya, babad kesusastraan Jawa. Total 30 ton dokumen tentang Jawa yang dibawa oleh Raffles ke London sebagai bahan baku penulisan “The History of Java”.
Raffles berhasil menyusun dua jilid buku: “The History of Java”, sebuah buku babon 1.000 halaman lebih yang berisi pembahasan luas mengenai geografi, agrikultur, adat istiadat, sastra, agama, tumbuh-tumbuhan, ekonomi, dan statistik kependudukan Jawa.
Apa jadinya jika Raffles tidak menuliskannya? Bisa jadi, ia pun tak akan mengumpulkan, meriset sedemikian banyak bahan. Justru karena menulis, maka akan muncul kebutuhan, “keperluan membaca” sekian banyak literatur.
Yuk, mulai berkarya. Berproses. Melatih kompetensi bersama waktu.