Ada banyak cara untuk belajar. Salah satunya yang menurut hemat saya cukup mengena adalah dengan blusukan, kunjungan langsung ke tempat tertentu. Hal tersebut secara personal pernah saya alami di bangku sekolah menengah atas (SMA) dahulu.
Ketika itu pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) mengharuskan kami untuk melakukan suatu kunjungan langsung secara berkelompok. Kelompok kami memilih untuk berkunjung ke panti jompo. Sebuah pengalaman yang hingga kini denyut pembelajarannya masih terasa. Bagaimana melihat langsung, berinteraksi dengan mereka-mereka yang lanjut usia. Sila-sila Pancasila begitu “membumi” dan menemukan relevansinya di situ.
Bagaimana mengajarkan perubahan iklim? Ragil guru sains melalui akun Instagram-nya @kang.guru.ipa memberikan saran dengan berkunjung ke Jembatan Merah di daerah Kota Tua Jakarta.
Disana terdapat tugu yang memperlihatkan permukaan tanah di Jakarta Barat, Jakarta Utara, Jakarta Timur pada tahun 1974. Dari tugu tersebut dapat dibandingkan dengan tanah yang diinjak sekarang. Maka terlihatlah bahwa penurunan tanah di Jakarta nyata adanya.
Dalam waktu 40-an tahun penurunan tanah yang terjadi di Jakarta telah melebihi maksimum tinggi manusia. Terjadinya penurunan tanah secara signifikan tersebut dikarenakan eksploitasi air tanah yang berlebihan, permukaan tanah yang dominan kedap air (aspal), jenis tanah yang tidak sesuai untuk ditinggali (karena dulu Jakarta didominasi rawa-rawa), serta diperparah dengan kenaikan permukaan laut akibat pemanasan global.
Bagaimanakah anak belajar? Nyatanya anak belajar secara tersirat dan tersurat. Bagi orang tua yang dapat dilakukan dengan menghadirkan ekosistem pembelajaran. Maka pada keseharian, maupun akhir pekan, sesungguhnya ayah-bunda dapat blusukan bersama anak sambil belajar.
Ajak anak menggunakan panca indranya, ajak mereka berdiskusi, berikan umpan dengan pertanyaan. Dari blusukan di sekitar rumah pun dapat menjadi wahana pembelajaran, seperti misalnya ke pasar. Dapat sambil beli sayur, “menyelam” belajar matematika, ekonomi, sosial, dan sebagainya. Pada akhir pekan dapat menjadikan museum, perpustakaan, sebagai opsi destinasi. Menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan serta menjadi gaya hidup dari keluarga.