Arifin Diterbitkan 8 June 2023

Mengapa Klub Membutuhkan Pemain Baru? 

Seiring berakhirnya liga-liga di Eropa, bursa transfer pemain musim panas semakin menderu. Siapa yang masuk, siapa yang keluar dari sebuah klub menjadi perbincangan. Bahkan rumor dan isu saja menjadi pemberitaan yang menarik.

Mengapa kiranya sebuah klub membutuhkan pemain baru? Ada berbagai alasan hal tersebut dilakukan. Salah satunya adalah untuk menjaga agar skuat timnya tetap kompetitif bertarung di musim kompetisi yang baru.

Manchester United pada musim 2008-2009, Setan Merah musim sebelumnya sukses merengkuh trofi Liga Inggris dan Liga Champions. Trisula di lini depan pun begitu mobile dan bertaji (Cristiano Ronaldo-Wayne Rooney-Carlos Tevez). Namun, pelatih saat itu Alex Ferguson menambah amunisinya dengan Dimitar Berbatov di lini depan.

Sebuah asa agar skuatnya tetap kompetitif, serta menghadirkan kemungkinan opsi serangan yang lain. Seperti diketahui tim lain pun memantau bagaimana cara sebuah tim bekerja (mulai dari bertahan, menyerang, transisi, dan sebagainya). Maka menghadirkan pemain sekelas Berbatov merupakan variabel yang memberikan dimensi perbedaan dalam menyerang.

Menjaga agar skuat tim tetap kompetitif dalam skala kekinian juga dapat dilihat pada Manchester City. Di bawah asuhan pelatih Pep Guardiola, kebijakan transfer City begitu bertenaga, berisi, tepat guna. Padahal jika dipikir-pikir skuat yang ada sebenarnya telah begitu kuat, namun senantiasa diasup dengan pemain baru.

Seperti pada musim 2022-2023, The Citizens semakin gahar di lini depan dengan kehadiran Erling Haaland. Pelapisnya pun mumpuni pada diri Julian Alvarez yang turut mengantarkan Argentina menjadi juara Piala Dunia 2022.

Di lini belakang, Guardiola menambilkan kombinasi taktik baru dalam pertahanan dengan berporos pada 3 bek, 2 gelandang di depannya. Ada peran pemain anyar Manuel Akanji yang turut mengokohkan tembok pertahanan Manchester Biru.

Mengapa sebuah klub membutuhkan pemain baru? Peremajaan skuat merupakan alasan lainnya. Real Madrid telah melakukan itu dengan deretan pemain muda seperti Tchouaméni, Camavinga, yang teranyar Jude Bellingham.

Hal senada juga dilakukan oleh Liverpool, dimana menuanya usia para penggawa, menghadirkan kebijakan peremajaan skuat. Maka sosok seperti Milner, Firmino, Keita, Chamberlain pun berpisah jalan. Lalu deretan sosok gelandang masuk radar seperti Manu Kone, Khephren Thuram. Sebelumnya si Merah telah memperkuat lini tengah dengan mendatangkan Alexis Mac Allister.

Pemain baru di bursa transfer juga dapat diartikan sebagai branding. Hal tersebut seperti terlihat melalui Liga Arab Saudi yang sedang begitu gencar “menggoda” nama-nama yang malang melintang di liga Eropa.

Gerbang pembukanya adalah Cristiano Ronaldo yang berlabuh di Al-Nassr pada bursa transfer musim dingin. Tak berhenti sampai situ pada musim panas ini, gelombang berikutnya diperkirakan akan menarik nama-nama dikenal lainnya.

Karim Benzema telah bergabung di Al Ittihad, lalu sejumlah nama lain pun dirumorkan akan ikut mencoba peruntungan di Arab Saudi, di antaranya Sergio Busquets, Jordi Alba, Sergio Ramos, Aubameyang, Ngolo Kante, Alexis Sanchez, Wilfried Zaha.

Lionel Messi pun sempat ditawarkan gaji fantastis oleh Al Hilal. Namun, Messi memilih berlabuh ke Inter Miami.

Mengapa sebuah klub memerlukan pemain baru pada bursa transfer yang ada? Alasan lainnya adalah untuk kebutuhan jangka pendek, seperti menambal skuat yang ada. Dengan tambahan pemain, maka kedalaman skuat lebih baik ataupun sebagai pengganti bagi pemain yang mengalami cedera.

Manchester United melakukannya pada bursa transfer musim dingin lalu, dengan skema peminjaman pada Wout Weghorst dan Marcel Sabitzer. Weghorst digunakan sebagai opsi striker, bahkan di beberapa kesempatan dipercaya sebagai gelandang. Pun begitu dengan Sabitzer, yang mengisi posisi gelandang nomor 10 ataupun nomor 8. Kehadiran Weghorst dan Sabitzer lebih sebagai kebutuhan pragmatis jangka pendek dan sepertinya kedua nama tersebut tidak dipermanenkan oleh kubu Setan Merah.