Hidung merupakan penandanya. Demikianlah adanya pada kisah klasik Pinokio. Tiap kali Pinokio berbohong, hidungnya bertambah panjang. Kisah Pinokio dengan hidungnya yang memanjang kala berbohong rasa-rasanya masih relevan hingga kapan pun. Mengingat manusia senantiasa diliputi kemungkinan untuk berbohong, dengan alasan apa pun.
Pada kisah fiksi lainnya, yakni Shinzanmono perihal kebohongan dinarasikan sebagai: People lie… to escape from their sins, and to live their lives. A lie is a shadow of the truth.
Kebohongan dan kisah detektif memang bagai paket yang senantiasa ada. Seperti diperlihatkan pada serial Shinzanmono tersebut.
Sebut saja aneka kisah detektif lainnya, maka kebohongan akan menyertai. Dari Detektif Conan, Sherlock Holmes, Hercule Poirot, hingga metode ala detektif yang diterapkan oleh Velma dan teman-temannya dalam kisah Scooby-Doo.
Kebohongan dalam deretan kisah detektif tersebut, di antaranya untuk menyembunyikan siapa dirinya sebenarnya. Kebohongan yang dilakukan juga untuk menghadirkan alibi.
Pada kisah fiksi lainnya, “kebohongan” dilakukan sehingga seolah-olah karakter tertentu mati. Namun, di akhir cerita ternyata karakter tersebut masih hidup dan merupakan si antagonis itu. Simak Prilly Latuconsina dalam film Hangout, ataupun Oh Il Nam si pemilik nomor 001 di Squid Game.