Carian
Melancong Singkat, Lukisan Kopi Hingga Berkreativitas Di RAK 
September 22, 2023 Arifin

Pada hari Kamis kemarin (21/9) saya melancong ke sejumlah tempat. Tujuan utama saya adalah Museum Joang 45 dimana terdapat Pameran Jejak Memori bertema “Mobil dan Hidup Kita”. Usai dari situ, saya pun berencana pulang dengan menggunakan Transjakarta. Jalan kaki dari arah Menteng hingga arah Stasiun Gambir pun saya lakoni.

Dalam perjalanan kaki tersebut, Galeri Nasional Indonesia terlihat dalam jangkauan mata. Hal seperti itu lazim terjadi dalam melancong, berkunjung ke tempat yang sekiranya menarik di perjalanan.

Rupanya Galeri Nasional di Gedung B sedang dilakukan renovasi. Alhasil tak banyak event di Galeri Nasional yang dapat dikunjungi. Meski begitu saya berusaha mengoptimalkan kesempatan, aji mumpung selagi disana, menelusuri apa saja.

Saya pun beranjangsana ke Pajang Karya “Kopi Saya Bundar”. Pameran tersebut menampilkan 16 lukisan yang dibuat dari bahan dasar kopi dengan media kanvas. Sungguh beruntung kunjungan saya ke situ, karena ternyata itulah hari terakhir pameran.

Mengapa judul Pajang Karya-nya “Kopi Saya Bundar”? “Judul yang mbeling, tidak serius dan santai. Judul ini terinspirasi dari judul lagu anak-anak ‘Topi Saya Bundar’ karya Pak Kasur yang diplesetkan. Hal ini mengisyaratkan bahwa aktivitas ngopi – yang juga untuk menjelaskan nggambar (melukis) dengan media kopi, memang dalam suasana santai atau dengan sengaja menciptakan suasana santai ditengah riuhnya kehidupan,” jelas perupa M. Hady Santoso.

Kesan mbeling, tidak serius dan santai menurut hemat penulis hadir di sejumlah karya yang terpajang, seperti misalnya karya M. Hady Santoso yang bertitel ‘MAU PINTAR? BACA’ dengan visual burung hantu memakai kacamata sedang membaca buku. Hal senada penulis dapatkan pada visual monyet ataupun kelinci yang ‘mengajak makan sehat’.

Meski begitu terdapat sejumlah pajang karya yang menimbulkan kontemplasi diri, seperti karya Feriendas yang bertajuk ‘TOO MUCH LOVE WILL KILL YOU’, yang memvisualkan seperti torehan luka. Kontemplasi pun penulis dapatkan pada karya Patar Butarbutar yang bertitel ‘Rangkaian Masa #1’ yang memperlihatkan tangan manusia sejak dari kecil, tumbuh dewasa hingga tinggal tulang.

Usai dari Pajang Karya “Kopi Saya Bundar”, saya pun bergeser ke Ruang Aktivitas Anak dan Keluarga (RAK). Registrasi secara online dibutuhkan untuk RAK. Untuk link registrasinya dapat dilihat di Instagram Galeri Nasional (@galerinasional). RAK dihelat pada 21 September – 15 Oktober 2023, jam 11.00-19.00 WIB, bertempat di gedung D.

RAK merupakan destinasi kreatif yang ditujukan untuk keluarga dan anak-anak. Ruang terbuka ini menggabungkan pendidikan, seni, dan interaksi menyenangkan. Pengunjung dapat menikmati beragam kegiatan berkarya seni rupa, ruang interaktif, kerajinan tangan, dan ekspresi seni lainnya.

RAK juga menawarkan berbagai permainan tradisional yang melibatkan anggota keluarga, menciptakan suasana yang riang dan interaktif. Di dalam RAK, terdapat LabKreatif yang memungkinkan para pengunjung berekspresi dan berimajinasi dengan bebas, karena seni dianggap sebagai sarana kuat untuk memahami dan menghargai keindahan dunia di sekitar kita.

RAK juga menyajikan Stasiun Imaji, di mana pengunjung dapat mengemukakan imajinasi mereka dengan beragam alat gambar seperti fabric marker, crayon, cat air, dan pensil warna.

RAK menciptakan suasana riang dan interaktif, serta memberikan pengalaman budaya yang berarti bagi pengunjung. Tempat dimana imajinasi bertemu pembelajaran dan kebersamaan keluarga menjadi lebih berarti.

Tiap sesi di RAK selama 55 menit. Dalam rentang waktu tersebut pengunjung dipersilakan untuk mencoba ragam kegiatan yang ada. Dalam kunjungan kemarin, saya memilih untuk mengamati kegiatan di situ, sesekali memotretnya.

Saya juga memanfaatkan papan informasi interaktif – di situ dapat berkunjung secara virtual pada sejumlah karya beserta penjelasan singkatnya. Saya “berkelana” untuk menelaah karya lukis Raden Saleh yakni ‘Kapal Dilanda Badai’, ‘Singa Menerkam Kuda’, ‘Penangkapan Pangeran Diponegoro’.

Komen