Makan merupakan kebutuhan dasar manusia. Tak sekadar memenuhi kebutuhan dasar tersebut, makan juga dapat menjadi jembatan komunikasi, pencair situasi. Maka dikenallah istilah diplomasi di meja makan.
Makan juga dapat menjadi momentum kebersamaan. Meja makan keluarga, pengalaman makan di tempat tertentu, menjadi “bumbu kehangatan” dari kehidupan yang terkait dengan kegiatan makan.
Seberapa intens Anda makan dalam sehari? Adakah ketika makan sekadar memenuhi kebutuhan saja, atau telah sampai pada tahap menghadirkan makna mendalam? Agar makanmu lebih menyenangkan, terdapat sejumlah hal yang bisa diupayakan.
Mindful eating layak menjadi referensi. Seperti dilansir halodoc, mindful eating merupakan konsep dimana kamu menjaga kesadaran penuh saat mengonsumsi makanan maupun minuman yang masuk ke dalam tubuh. Kebiasaan ini akan membuat kamu lebih memperhatikan seberapa banyak makanan, jenis makanan, dan perasaan saat sedang mengonsumsi makanan.
Mengenai perasaan saat sedang mengonsumsi, Anda bisa melibatkan panca indra lainnya, seperti hidung untuk membaui masakan. Anda pun dapat menggunakan mata untuk lebih fokus melihat tekstur, visual dari makanan yang Anda santap.
Tidakkah Anda mengenal istilah ‘mata yang memimpin, lidah yang mengikuti’? Sebelum sampai ke lidah, mata akan memberi gambaran adakah makanan di hadapan sedap atau sebaliknya.
‘Mata yang memimpin’ – konsep tersebut mungkin pula menjelaskan kala menonton acara masak di televisi, melihat menu hidangan di koran ataupun majalah – sekadar melihatnya saja telah menerbitkan selera menyantap.
Maka visual dari makanan merupakan parameter penting. Hal yang dapat menjadi alasan mengapa Anda memilih menu tertentu di restoran (karena begitu menarik foto di buku menu sebagai contoh).
Untuk mengajak anak memakan sayur dan buah, visual yang menarik pun dapat diterapkan – misalnya menjadikannya seperti tampilan binatang tertentu ataupun objek keseharian yang dikenal anak.
Lalu poin berikutnya agar makan lebih menyenangkan, yakni dengan membaui masakan. Coba Anda bayangkan, Anda melangkah ke dunia di mana aroma menarik pastri yang baru dibakar bercampur dengan lancar dengan aroma kopi kegemaran Anda – membaca tuturan tersebut, seakan aroma, kenangan, terpanggil untuk mencicipinya.
Membaui dan mendekatkan makanan ke hidung dapat dilakukan. Dengan begitu lebih melibatkan indra penciuman, serta menambah sedap sebelum menyantap, karena aroma makanan menjadi gerbang pembuka.