Carian
Emang Boleh Perpustakaan Senyaman Ini Di Erasmus Huis? 
October 17, 2023 Arifin

Pernahkah Anda berkunjung ke suatu tempat dengan tujuan utama tertentu, namun justru menemukan tujuan lainnya yang tak kalah serunya. Begitulah kiranya yang kami alami sekeluarga ketika berkunjung ke Erasmus Huis pada Sabtu (14/10) lalu.

Tujuan utama kami ke Erasmus Huis yakni Pameran “Growing Up with Bobo”, namun kami pun di sana menemukan tujuan lainnya yang juga begitu seru. Ketika menuju lantai 2 Gedung Erasmus Huis Jakarta, menaiki tangga, di temboknya terdapat sejumlah mural kota-kota di Eropa, seperti Paris, Venice, Oxford, Leuven. Pencahayaan pun baik adanya di tangga tersebut, salah satunya dikarenakan adanya pencahayaan alami berupa kaca di atapnya.

Yup, di lantai 2 Gedung Erasmus Huis itulah Pameran “Growing Up with Bobo” dihelat. Selesai dari situ, kami pun mengambil foto di dekat pintu masuk dimana terdapat replika kincir angin.

Selepas mengambil gambar, nampak bangunan dengan titel Universiteit Leiden/KITLV-Jakarta. Rupanya perpustakaan di situ tutup pada Sabtu dan Minggu. Namun, dari kaca jendela terlihat sejumlah buku yang menarik seperti Babad Tanah Jawi, tentang Tan Malaka, dan sebagainya.

Perpustakaan juga terletak di bangunan Erasmus Huis. Destinasi menarik lainnya yang kami kunjungi. Bangunan dua lantai tersebut menarik adanya karena menyajikan aneka koleksi buku yang menarik serta tempat membaca yang begitu nyaman.

Rak-rak buku yang begitu tinggi dipenuhi buku, sehingga disediakan tangga untuk menjangkaunya – hal tersebut menjadi impresi menarik bagi pecinta buku. Untuk koleksi bukunya pun merentang dengan berbagai tema.

Bagi yang membawa anak, tak usah khawatir, karena sejumlah buku anaknya menarik secara visual serta berbobot secara isi. Tak dapat berbahasa Belanda? Anda dapat menggunakan bantuan teknologi, seperti misalnya ‘Google Lens’, sehingga buku tersebut terterjemahkan dengan bahasa yang Anda inginkan.

Untuk anak kami, terdapat dua buku yang dibaca ketika itu. Buku pertama perihal kemana hewan ketika terjadi hujan. Sedangkan buku kedua tentang seorang anak yang diikuti oleh anjing laut. Anjing laut tersebut terpisah dari ibunya.

Sedangkan saya membaca buku Raden Saleh: The Beginning of Modern Indonesian Painting. Buku berbahasa Inggris tersebut mengisahkan tentang sejumlah karya lukis Raden Saleh, inspirasi, serta perjalanan hidupnya.

Perpustakaan Erasmus Huis di Sabtu itu boleh dibilang ramai lancar. Sepertinya terdapat luberan dari pengunjung yang telah pungkas menghadiri Pameran “Growing Up with Bobo”. Untuk masuk ke perpustakaan saja, harus mengantre – dimana diperhitungkan orang yang berada di dalam, orang yang keluar perpustakaan, kenyamanan pengunjung di dalam perpustakaan.

Mencuri dengar dari seorang ibu dan anaknya, mereka akan kembali suatu waktu ke tempat itu lagi. Hal serupa yang juga kami tekadkan.

Selepas dari perpustakaan, kami sejenak mereguk udara segar di taman. Terdapat sejumlah replika rumah ala Belanda, juga terdapat Klompen yang dapat dicoba. Klompen merupakan sepatu yang terbuat dari kayu dipakai penduduk Belanda pada zaman dulu. Dibuat sejak tahun 1230, orang Belanda menyukai klompen karena dianggap kuat, praktis, melindungi kaki dari kotoran, serta harganya relatif murah.

Puas berkelana, perut pun dapat diisi dengan membeli makanan di kantin yang tersedia. Sejumlah menu familiar dapat dipilih seperti nasi goreng kampung, bakso, sate ayam, gado-gado, rawon. Atau Anda bisa juga mencoba nuansa Belanda seperti risolles, bitter ballen, Holland kroket, klappertaart.

Komen